Oleh: Ustaz Faisal Kunhi, M.A.
ChanelMuslim.com – Akhlak seseorang akan terlihat saat berkuasa. Ada sebuah kalimat bijak yang mengatakan sebagai berikut.
إذا أردت أن تعرف أخلاق رجل فضع فى يده سلطة ثم انظر كيف يتصرف
Jika engkau ingin melihat akhlak seseorang, maka letakkanlah di tangannya kekuasaan, kemudian lihatlah bagaimana ia bertindak.
Jangan melihat akhlak seseorang ketika shalat, karena seseorang pasti akan terlihat baik saat shalat, apalagi ketika ia melakukannya di masjid.
Akan tetapi, lihatlah akhlaknya setelah shalat, apakah shalatnya sanggup mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar.
Baca Juga: Menyelamatkan Akhlak Anak Remaja
Jangan lihat perilaku seseorang dalam mengendalikan nafsu, saat ia berpuasa.
Akan tetapi, lihatlah bagaimana ia mengendalikan nafsunya setelah matahari terbenam dan setelah Ramadan usai, masihkah bekas –bekas Ramadan ada dalam dirinya?
Tetapi lihatlah akhlak seseorang saat ia mendapatkan amanah untuk berkuasa, sering sekali orang terlihat baik atau mendadak baik saat ingin merebut kekuasaan, namun setelah ia meraihnya, ia melakukan kezhaliman.
Hati-hatilah dengan orang yang tiba-tiba baik, tiba-tiba Islami, saat berkuasa menangkap ulama, namun, menjelang pemilu ia dekati ulama.
Saat berkuasa memusuhi Islam, namun ketika ingin mendapatkan kekuasaan, maka tidak malu ia menggunakan atribut Islam demi meraih simpati umat Islam.
Nasib umat Islam saat pemilu, sering sekali seperti daun salam yang dimasukkan ketika ingin masak nasi uduk, ketika nasi sudah matang, maka daun salam pun disingkirkan
Jangan jadikan ulama sebagai pendorong mobil, begitu mobil jalan, maka ulama ditinggalkan, demikian nasihat AA Gym.
Prof Dr Yusril Ihza Mahendra mengatakan, “Segudang kepintaran tidak ada artinya dibandingkan dengan segenggam kekuasaan.”
Ustaz Abdus Shomad berkata “Berikan segenggam kekuasaan kepada orang baik, maka ia akan tolong agama Allah dengan tangannya.”
Akhlak Seseorang Jangan Seperti Daun Salam pada Nasi Uduk
Ini artinya begitu pentingnya kekuasaan diraih oleh orang yang berakhlak dan adil karena dengannya ia bisa membuat kebijakan –kebijakan yang bisa mensejahterakan rakyatnya.
Ketahuilah ibadah luar biasa seseorang pemimpin bukanlah membaca Al Qur’an, bukanlah shalat Dhuha dan tahajjud, bukanlah puasa senin kamis, karena ibadah seperti bisa dilakukan oleh semua orang.
Walaupun tentu sangat baik jika ada pemimpin yang baik ibadah pribadinya, tetapi juga kuat dan berani dalam mengambil keputusan.
Tetapi ibadah utama seseorang pemimpin adalah ketika tanda tangannya dapat menutup tempat- tempat maksiat, dapat menggratiskan pendidikan dan kesehatan dan lain sebagainya.
Dari ‘Abdush Shomad bin Yazid Al Baghdadiy, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin ‘Iyadh berkata,
لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها الا في الامام
“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”
Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku.
Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77, Darul Ihya’ At Turots Al ‘Iroqiy).[ind]