ChanelMuslim.com – Akhir kejayaan umat Islam di Sevilla terjadi pada 21 November tahun 1248. Seperti diketahui, Sevilla pernah menjadi kota yang dikuasi oleh umat Islam. Kota itu bahkan menjadi tempat ilmu pengetahuan selama ratusan tahun.
Baca Juga: Pentingnya Aktualisasi Nilai Keislaman
Akhir Kejayaan Umat Islam Ditandai dengan Direbutnya Sevilla
Umat Islam bisa mengumandangkan azan dengan leluasa dari ujung selatan Rusia sampai langit Madrid tanpa merasa ketakutan.
Para wanita leluasa berhijab dari padang sahara Afrika sampai lembah bersalju di Cordoba tanpa dicegah dan dianggap teroris.
Salah satu kehebatan itu tersimpan rapi di ruas-ruas Kota Sevilla. Kota yang sangat indah da menggabungkan arsitektur menara yang menawan dan dibalut pemandangan sungai Guadalquivir yang romantis.
Namun, semua keindahan itu sudah berlalu. Dilansir channel telegram Generasi Shalahuddin, setelah 530 tahun lamanya, kota Sevilla menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan pemerintahan Islami, kota itu direbut oleh Raja Ferdinand III penguasa Kerajaan Castilla.
Lebih dari 400 ribu muslim diusir dari Sevilla dan menyebar tanpa kepastian ke banyak negara. Masjid Jami Sevilla juga diubah menjadi gereja dan simbol-simbol Islam dihapuskan.
Pada Abad 13 (1200-1300), Kaum Muslimin di Spanyol sedang dalam keadaan stagnan. Mereka kehilangan pemimpin yang bisa menyatukan seluruh kota dalam satu komando.
Ada banyak sekali kota-kota muslim di Spanyol yang lepas satu persatu karena serangan kerajaan Castilla dari utara, seperti Cordoba (jatuh tahun 1236) kemudian, diiringi kota Valencia, Xativa, Dénia, Baeza, Jaen. Semua itu direbut dalam waktu yang singkat.
Ferdinand III, raja Kerajaan Castilla saat itu adalah lelaki yang sangat ambisius. Ia ingin memusnahkan sinar Islam di Spanyol dengan segala cara.
Setiap tahun, ia selalu mengagendakan serangan ke selatan (ke wilayah muslim) dan berakhir dengan dua pilihan bagi Kaum Muslimin, yaitu menyerah atau membayar pajak tinggi.
Pada tahun 1246, hanya tersisa Spanyol Timur dan Selatan yang masih dihuni oleh Kaum Muslimin.
Namun, kota paling besarnya adalah Sevilla, kota paling sulit ditaklukkan karena seluruh lapisannya dikelilingi benteng. Pada saat yang sama, ada jalur sungai dari laut ke kota untuk menyuplai bantuan militer apabila suatu saat Sevilla diserang.
Baca Juga: Mengembalikan Kajian Islam Berbasis Al Quran dan As Sunnah sebagai Upaya Melahirkan Peradaban Unggul
Perjanjian Abu Amru dan Raja Ferdinand III
Pemerintah Sevilla saat itu adalah Abu Amru Ibnu Jadd. Dia adalah pemimpin independen yang tidak berafiliasi dengan kepentingan negara Islam manapun sebagaimana kota-kota Andalusia lainnya.
Setiap kota dengan mudahnya mengumumkan bahwa diri mereka adalah negara. Itulah yang membuat Andalusia mudah dihancurkan karena tidak ada persatuan antar masing-masing kerajaan kecil.
Abu Amru bin Jadd ini memberikan loyalitasnya pada Ferdinand III. Ia mengikat Sevilla dengan perjanjian yang sama sekali tidak menguntungkan Kaum Muslimin.
Di antara isi perjanjian itu adalah Abu Amru harus membayar pajak tahunan, harus hadir di sidang “Cortes” yang dihadiri pembantu-pembantu raja Castilla, dan harus membantu Ferdinand III kapan saja dibutuhkan.
Abu Amru melakukan itu supaya ia bisa mengamankan posisinya dan menjaga Sevilla dari serangan negara Muslim lainnya. Ia nekerjasama dengan musuh karena curiga dengan saudara sendiri.
Akhirnya, kepemimpinan Abu Amru berakhir dengan darah. Sevilla meletuskan revolusinya dan kelompok revolusi membunuh Abu Amru.
Seketika itu, Sevilla dipimpin oleh orang-orang baru yang buruk kualitasnya. [Cms]
(Bersambung pada bagian kedua)