ChanelMuslim.com – Abu Ubaidah bin Al Jarrah adalah orang kepercayaan umat. Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Setiap umat memiliki amin (orang kepercayaan), dan amin Umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al Jarrah.” (H.R Al Bukhari)
Baca Juga: Ketika Abu Ubaidah Menjadi Panglima Besar
Abu Ubaidah bin Jarrah
Dikutip dari channel telegram Generasi Shalahuddin, nama beliau adalah Amir bin Abdillah, sedangkan “Abu Ubaidah” adalah ‘kunyah’ (nama panggilan dalam tradisi Arab).
Beliau masuk Islam pada awal-awal bahkan sebelum Rasulullah menjadikan Darul Arqam sebagai headquarter pergerakan dakwah Kaum Muslimin di Makkah.
Abu Ubaidah memiliki badan yang kurus, janggut yang tipis dan postur yang tinggi. Akhlaknya mulia, ramah dan penuh dengan kelembutan. Kharismanya tinggi, itulah yang membuatnya menjadi ujung tombak Pembebasan Syam di era Kekhalifahan Abu Bakar dan Umar. Khalid ahli lapangan, Abu Ubaidah ahli hikmah dan keteladanan.
Padz hari ketika Rasulullah wafat dan Kaum Anshar berkumpul di Saqifah, Abu Bakar datang pada mereka dan merekomendasikan 2 nama untuk dibaiat menjadi pemimpin, yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Al Jarrah.
Pada akhirnya Abu Bakar yang dibaiat. Namun, itu menunjukkan tempat istimewa Abu Ubaidah di hati Kaum Muslimin.
Abu Ubaidah ikut serta dalam hijrah ke Habasyah dan juga ke Madinah. Beliau mengikuti semua ghazwah yang dipimpin oleh Rasulullah. Pengalaman itu menjadikan Abu Ubaidah bin Al Jarrah pemimpin tertinggi Pembebasan Syam dan menjadi gubernurnya.
Sifatnya yang zuhud dan kharismatik membuat penduduk Syam jatuh cinta pada Islam. Beliau wafat ketika Syam terjangkit wabah penyakit yang dikenal sebagai “Thaun Amwas.” Awalnya Umar memerintahkan kepada para pejabatnya untuk menjemput Abu Ubaidah untuk keluar dari sana.
Namun, Abu Ubaidah menjawab surat Umar dengan penuh kesahajaan. “Wahai Amiral Mukminin, aku tahu apa yang Engkau kehendak buatku. Namun di sini aku bersama tentara-tentaraku. Aku tidak ingin meninggalkan mereka sampai Allah memberikan qadha atasku dan atas mereka.”
Membaca surat balasan dari Abu Ubaidah, Umar menangis. Orang-orang berkata padanya, “Wahai Amiral Mukminin, apakah Abu Ubaidah telah wafat?!”
Umar menjawab, “Tidak. Namun, seakan-akan ia menulis surat perpisahan.” (al Kamil fi At Tarikh karya Ibnu Atsir)
Semoga sifat zuhud dan amanah yang dimiliki oleh Abu Ubaidah jadi inspirasi untuk kita. Aamiinn. [Cms]