Oleh: Riza Zacharias
ChanelMuslim.com-Di Balkan, juga di Rusia, salah satu seni bela diri yang dikenali dan kuat di sana, berbasis gulat; kuncian, bantingan.
Katanya, sebab seringkali alamnya diliputi es, maka teknik bela diri yang efektif untuk mengalahkan lawan saat berhadapan secara langsung, ya tadi itu. Sebab berdiri dengan gerakan lincah melompat-lompat di permukaan berlapis es, tentunya repot..he he.
Saya berdiskusi dengan praktisi bela diri saat membahas Khabib. Beliau sangat antusias menyampaikan, betapa teknik-teknik kuncian dan bantingan Khabib itu luar biasa keren. Dan beliau sampaikan, bahwa Khabib sangat melatih teknik-teknik berkelahinya beruang, gerakan-gerakan memutar, memegang, memukul dan melempar ala beruang.
Juga betapa tempaan alam keras yang menempa fisik mereka di Balkan, menambah nilai unggul kekuatan fisik mereka, termasuk Khabib.
Saya menyela, “Eh, Rasul juga dulu hebat sekali gulatnya ya? Bahkan sampai mengalahkan jago gulat di Mekah. Terus, kenapa sih kok kalau perkelahian bebas seperti UFC, jagoan-jagoan bergaya kungfu, karate dll tidak terlihat? Mereka kalau di film kan keren-keren?”
He he he… pertanyaan dari pengamat memang begitu. Polos.
Beliau lantas menjelaskan, bahwa orang saat berhadapan, sebenarnya sudah terlihat dari bahasa tubuhnya, mana yang beneran “berisi” dan kuat, mana yang “kemasan”nya kuat. Kemasan itu selalu heboh, keren (nampaknya), dan berisik. Sebab, dengan begitulah branding-nya harus dibentuk.
Namun yang original, asli hebat dan kuat, tidak berisik.
Senyum simpul dan tetiba jadi ingat peribahasa dulu zaman SD:
“Air beriak tanda tak dalam”
Tapi, sayang kalau peristiwa seheboh ini, kita nggak memetik hikmah dan pelajarannya:
1. Muslim yang nggak tanggung-tanggung menempa kualitas dirinya, bisa menjadi yang terbaik di dunia. Di area yang muslim tidak banyak berkarier di sana, bahkan cenderung menghindari.
2. Muslim yang high quality person, nggak perlu banyak “kemasan” untuk menunjukkan kemampuan/prestasinya. Ia memberikan bukti. Namun tetap, prestasi “melangitnya” selalu ia kaitkan dengan berkat izin dari “Kekuatan Langit”.
3. Fokus pada tujuan utama. Tak peduli ejekan, cemoohan dan lain-lain. Tujuan utama Khabib: mengalahkan Mc Gregor. Provokasi yang sistemik (pembiaran seperti sengaja saat mobilnya dikepung bahkan nyaris terbunuh dll), tidak menggoyahkan keyakinan dan kegigihan untuk memenangkan laga.
4. Kreatif, cerdas, gigih. Lihat pergerakan Khabib. Khabib putar sana putar sini, kuncian ini kuncian itu, arah sana arah sini, sampai akhirnya dapat momen yang tepat: klek!
5. Endurance. Daya tahan fisik. Pergerakan yang dilakukan Khabib, sangat menguras tenaga. Maka tidak mungkin terbentuk endurance seperti itu, tanpa menempa diri, tanpa melewati proses latihan berat dan disiplin tinggi. Teknik hebat tanpa endurance tinggi hanya akan berhasil memenangi pertempuran cemen, kecil. Untuk pertempuran/tujuan besar, wajib memiliki endurance tinggi.
6. Team. Kru. Kelas dunia itu selalu sistemik. Ada team, ada manajemen, ada kru, dll. Tak mungkin Khabib sendirian bisa masuk area internasional seperti itu.
7. Semua bisa menjadi wasilah kebaikan. Khabib datang dengan warga negara Rusia. Ia masuk ke lingkungan karier olahraga yang keras. Di mana wanita dan minuman keras adalah teman sandingnya. Ia tidak larut dengan itu. Ia jadikan Rusia sebagai negara kebanggaannya, yang men-support-nya. Ia jadikan keunggulan mutlak/absolut atas gembar-gembor selama ini bahwa Mc Gregor adalah bintang UFC terbesar, dengan membungkamnya. Bahkan ia menjadikan kebanggaan sekian milyar muslim akan prestasi dirinya, yang mengatasnamakan kesyukuran atas dukungan muslim sedunia.
8. Muslim yang baik juga manusia. Sesabar-sabarnya Khabib, ada marahnya juga. Ada salahnya juga. Tapi lihat, dia segera menyadari dan meminta maaf. Ini yang penting. Mega bintang, selebritas, tokoh besar/utama, biasanya tinggi gengsi, sulit merendah meminta maaf. Jadi, wajar melakukan kesalahan mah, yang penting segera menyadarinya.
Terakhir, frame media. Kebaikan itu selalu dituntut sempurna. Ada celah sedikit saja, kecil saja, cukup bagi “keburukan sistemik” menggorengnya menjadi konsumsi publik yang seksi. Seolah provokasi kampungan serangan terhadap Khabib sebelum pertandingan tak ada, seolah kemenangan Khabib yang elegan tertutupi dengan aksi Khabib “menyerang” kru di luar ring.
Pasti banyak lagi pelajaran dari yang lain, bukan hanya yang tertulis di atas.
Dan itu tulisan bukan dari penggemar UFC. Nontonnya juga setelah heboh di mana-mana. He he he..
Wallahu a’lam
[ind]