ChanelMuslim.com – Tak Cukup Hanya Asa. Teenagers perlu banyak hal untuk dieksplor. Sangat nggak layak kalau mereka harus dikurung berbulan-bulan.
Alhamdulilah Menteri Agama dan Menteri Pendidikan mengizinkan anak-anak boarding untuk belajar tatap muka, tak hanya belajar Science, Math, English dan Tahfidz, tapi juga, kami ajak anak-anak untuk berkreasi membuat masakan macam-macam, dengan hanya memberikan resep.
Mereka mengikuti resep yang ada. Alhasil… taraaa, bread pudding ala hotel bintang lima, es teh laicy ala kita, dan bolu keju ala JIGSc sudah siap disantap pada Ahad sore yang cerah.
Baca Juga: How to Master Your Habits, Menjadi Luar Biasa dari yang Biasa
Tak Cukup Hanya Asa
Di tengah kesibukkan belajar di JIGSc dan JIBBS, kami mengulang kembali pelajaran yang disampaikan lewat video ketika masih online dan anak-anak mengatakan tidak begitu paham. Jadi kami ulangi lagi perlahan-lahan agar paham dan anak-anak terlihat sangat antusias mendengarkan. Bersiap mau ujian kecil ya, pekan depan. Hehe. Tapi, pekan depan 17-an.
Okeh, kalian boleh latihan perkusi dan kita latihan Paskibraka. Kebetulan Teacher Y yang terkenal agak galak adalah mantan Paskibraka se-Kabupaten. Pantaslah, beliau tampak tegas.
Namun hatinya lembut, dengan penuh kasih sayang, beliau menyuapi bubur untuk anak yang sakit. Beliau juga menjaga semalaman tidak tidur. Padahal, aku tahu betul besok paginya pukul 07.00 beliau harus online live.
Akh, aku sih nggak percaya, mengenali karakter orang dalam semalam, harus berbulan-bulan baru kita bisa menilai siapa dia.
Dan, Teacher Y mengembalikan ingatanku ketika latihan Paskibraka dulu.
“Siap! Rancang depan, gerak!”
Sejenak aku tertegun dari atas lorong kelas, terharu melihat perjuangan guru-guru JIGSc untuk mendidik anak-anak dengan sepenuh hati. Mereka meredam sedih dalam-dalam atas tuduhan ini itu yang disampaikan. Mereka fokus pada matlamat perjuangan menelan air mata dalam-dalam.
Lelah, itu pasti. Tapi, kunci surga belum ada di tangan.
Berjuanglah sampai Allah menjadi sayang.
Dan teacher JIGSc terus semangat. Walaupun dari sebelum subuh sudah bangun untuk qiyamul lail dan membangunkan seratus lebih anak-anak untuk salat malam dan sahur di pagi buta, mengajak anak merapikan tempat tidur, setelah semalaman mengurus anak sakit, menyiapkan bahan pembelajaran untuk anak-anak yang online dan offline, membuat RPP, membuat rekaman, membaca instruksi di WA, tilawah, tadabur ayat, ikut pengajian pekanan, lalu sambung rapat evaluasi pada pukul sebelas malam.
Setelah seharian mengajar tahfidz, matematika dan science, mereka juga menemani dan mengatur ekskul perkusi, archery, masak, bela diri, dan lain-lain.
Mereka makan di kala sempat, dan aku melihat dengan mataku sendiri, ada sekotak kue yang sudah lama di situ masih rapi tak sempat disentuh. Ah….
Sungguh jasa guru boarding luar biasa. Tak cukup segelas air mata untuk mereka.
Kalau kalian cari aku dan bertanya, “Fi, kamu ada di mana?”
Kamu tahu, aku ada di mana?
Tak bisa aku diam saja. Aku bertekad harus ada bersama mereka menjalankan pendidikan ini tanpa banyak suara. Biarlah apa pendapat orang tentang kita. Allah Mahatahu tak ada yang dapat disembunyikan dari-Nya.
Sayup-sayup pukul 3 pagi, aku mendengar, “Teacher, Teacher… aku takut mau ke toilet.“
Saat yang lain di kamar, boarding lain terdengar suara, “Teacher, haus …”
Dan aku mendengar langkah-langkah kecil di lorong pintu boarding dan tak sadar aku meneteskan air mata. beratnya jadi guru dan ibu sepanjang hari, serta mengasihi anak orang sepanjang malam, menjadi guru di kelas pagi dan ustazah di penghujung petang. Semua untuk anak-anak yang notabene bukan anak biologis mereka.
Ya Allah, berikan tempat spesial untuk mereka. Tempat yang tidak semua orang sanggup menjalankannya.
“Ah, Teacher… Teacher… aku kangen Mama.”
Dan teacher berusaha untuk mengalihkan kerinduan anak dengan berwajah tegas, “Kamu harus tabah. Ayo, kita belajar lagi. Banyak pelajaran yang ketinggalan karena online. Mumpung kita offline, pergunakan kesempatan ini untuk belajar sungguh-sungguh.”
Itulah kenapa, kami melarang anak-anak untuk sering menelepon agar anak-anak lebih fokus pada pendidikan di boarding dan target-target hafalan serta pembelajaran yang ketinggalan.
Bukanlah kami tak punya hati, tapi masa depan anak-anak kita ke depan, sesungguhnya lebih berat dari zaman kita. Maka benarlah kata Ali, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya.”
Tak cukup hanya berdoa. Give me knowledge and understanding tapi harus fokus dan banyak latihan.
Tiada masa tuk berpangku tangan, kalau kita sadar Allohu Ghoyatuna.
Perjuangan belum selesai, dan di sinilah kami membeli kunci pintu surga dengan perjuangan siang dan malam.
Tak dinafikan, tak juga untuk disombongkan.
Guru fullday dengan Guru boarding beda
Pun aku meyadari, membuat sekolah boarding dengan sekolah fullday memang beda. Tak cukup hanya asa, harus ada cinta, dan guru JIGSc dan JIBBS sudah membuktikan hal itu.
Mereka tetap memilih untuk tetap di sini, menemani dan mendidik anak-anak sepanjang malam dan hari melalui semua aral rintang terbentang. Demi masa depan Islam nan jaya.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahul musta’an.
JIGSc dan JIBBS. Jakarta Islamic Boarding School. School for ummah. School for us entering jannah.
School ala Mama.
By; Mam Fifi
Pagi yang sejuk di tepian Gunung Pangrango sambil kotak-katik timetable. Alamak… pusing online vs offline. Mengerjakan keduanya berat. Badan cuma satu harus dibagi dua untuk student online dan offline.
Semangat, kunci surga belum di tangan.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-talk/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
https://www.instagram.com/fifi.jubilea/
Twitter: