SILIH berganti pekan ujian, mulai dari SMA, SMP, kini tiba giliran SD tengah menghadapi ujian nasional. Pekan lalu saat UN SMP aku merasa ketika baca twitter anak-anak SMP yang habis UN.
Matematika terlalu susah dan soalnya banyak yang nggak bisa diprediksi. Bahkan, anak yang langganan ikut olimpiade pun pada mengeluh. Aku bingung dengan hal ini.
Kenapa sih nggak bikin anak-anak merasa bahagia, merasa bisa, dan merasa mampu. Rasa mampu, rasa berhasil menguasai sesuatu itu penting untuk dibangun, agar timbul confidence bahwa mereka mampu!
Confidence! Hal yang harus dibangun pada diri para generasi penerus bangsa. Para calon leaders! Mengapa harus buat soal yang susah banget, mengapa harus membuat susah hati anak-anak didik? Membuat banyak anak menangis? Buat apa? Apa goal-nya?
Baca juga: Family Gathering Menjadi Hari Bersama Ayah
Bukankah kita semua melihat, anak-anak kita sudah kerja keras dan belajar mati-matian. Bahkan bimbel-bimbel pun dipenuhi anak-anak yang bawa buku soal segunung dan bolak balik membahas soal matematika Indonesia yang ngejlimet. Rumus-rumus juga sudah dihafal mati-matian, kok. Aku lihat sendiri.
Jadi… Kurang apa lagi?
Bahkan anak-anak Indonesia kalau di Australia itu pada umumnya juara matematika, saking soal matematika di Indonesia tingkat sulit sudah dikuasai.
Pekan Ujian Harus Sesuai Realita Hidup
Saya cuma bingung, kenapa tidak membuat anak-anak merasa bahagia, merasa mampu? Merasa kerja kerasnya tidak sia-sia? Kenapa tidak keluarkan soal seperti yang ada dalam kisi-kisi? Seperti apa yang sudah dipelajari anak-anak
Bahkan kalau perlu buatlah soal yang mudah. Toh pada ujungnya, seorang pengusaha, engineer dan lain-lain menggunakan kalkulator untuk menghitung ini dan itu. Toh akhirnya ketika sudah dewasa, kita semua juga lupa rumus yang kita hafal mati-matian ketika remaja dulu.
Sangat tidak adil kalau anak-anak belajar mati-matian yang A, tapi keluar yang B. Apa sih goalnya jadi super killer?
Aku pribadi nggak setuju dengan soal ujian yang terlalu susah. Aku nggak melihat hal itu membuat anak menjadi lebih cerdas, karena matematika bukan segalanya.
Kenapa harus jadi super killer? Bukan super lover?
Aku memang seorang pendidik, seorang guru, aku juga mempunyai anak-anak sendiri yang kadang bisa sangat sedih setelah persiapan belajar beberapa bulan tetapi ternyata saat hari H jauh dari apa yang dipelajari.
Untuk menghibur anak-anak muridku aku memberi mereka mie spesial sebagai pereda stress…hehehe…bukan bermaksud sombong, tetapi ini dilakukan untuk membesarkan hati mereka dan agar mereka merasa bahwa sekolah dan guru-guru pun memahami akan kesulitan yang mereka hadapi.
Muslim meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari, bahwa Rasulullah mengutusnya bersama Mu’adz ke Yaman, lalu beliau bersabda kepada mereka, “…Gembirakan dan permudahlah. Ajarkanlah ilmu dan janganlah kalian berlaku tidak simpati.”
Website: