“Pembantu kamu tidur melulu, aku lihat,” kata saudaraku yang lagi main ke rumah.
“Aku lihat dia juga cuma kerja pas ada kamu,” imbuh yang lain.
Aku hanya mengangguk. Kadang laporan manusia lebih detail daripada CCTV. Lalu aku teringat; sehari-harinya Mbak Innah.
1. “Innah, jangan lupa bawa laptop Ibu ya, tolong dicharge dulu masukin ke koper kecil.”
2. “Nah, jaket abang Adam ke mana yang ada garis-garis coklat di puncaknya.” (anak pertamaku)
3. “Innah, tolong bangunin kakak Syifa ya jam 6 pagi mau interview di Kuningan.” (anak keduaku)
4. “Mbakkk Inaaaah, tolong dong carikan mainan Ben jatuh di pinggir kandang kelinci.” Oaaaa ~ Ben mulai gerimis mukanya. Mbak Innah ambil tissue ngelap wajah Ben yang penuh air mata dan bersama-sama ambil mainan Ben di kandang kelinci, sambil bersihin kandang kelinci.
5. “Nah, ini kasih kunci mobil ke ibu dan taruh di laci ya.” (supirku berpesan sebelum pulang ke rumahnya)
6. “Nah, jangan lupa kasih makan ikan koy yaa, kemarin ada yang melahirkan tuh.” (suamiku berpesan)
7. “Nah, nanti sore ada pengajian jangan lupa siapkan juice jeruk.”
8. “Nah, remote AC di ruang tamu mana ya?”
9. “Nah, tolong telepon tukang pijit dong.”
10. “Nah, pesan pizza yaa.”
11. “Nah, ini ada pete untuk ibu dari kebon, tolong simpan yaa buat ibu.” (pesan Pak Uma guru JISc yang baru pulang dari kampungnya)
12. “Nah, koper ibu yang hijau tolong carikan kuncinya ya.”
13. “Nah, jangan lupa bungkus kado ya untuk anaknya Tante Irena, ulang tahun lusa.”
14. “Nah beli puding puyo di Cimall.”
15. “Nah, tolong matikan oven dan kue dikeluarkan kalau sudah dingin yaa, ibu istirahat dulu.”
Baca juga: Tentang Anak Remaja (Part 4)
Kalau dari Mbak Innah
Selain itu; (dari Mbak Innah sendiri).
1. “Bu, saya sudah siapkan buah apel di meja – kali ibu mau buka puasa pakai apel.”
2. “Bu, si Ben pakai baju putih hari ini, disuruh gurunya.”
3. “Bu, siang mau makan apa? Saya sudah masak lodeh dan sambal goreng ayam, ibu mau?”
4. “Bu, ini ada titipan dari Pak Rindo.” (menyerahkan 3 amplop coklat, berisi laporan pekerjaan)
5. “Ibu baju merah, saya sudah jahit kancingnya, tapi nggak rapi, maaf yaa Bu.”
6. “Ibu keluar kota mau dibawakan buku bacaan yang mana?”
Dan, masih banyak lagi yang dilakukan oleh Mbak Innah baik yang aku suruh maupun anak-anakku, tambah suamiku dan staffku, juga supirku, maupun yang dilakukan atas inisiatif sendiri.
Jadi, kalau Mbak Innah kedapatan lagi tidur nyenyak ketika ibu pergi. Itu fine-fine saja kok, karena kalau ibu bangun dia bolak-balik nggak keruan.
Sementara kalau aku jadi Mbak Innah, aku kayaknya nggak akan pernah sanggup. Dan aku berencana akan menaikkan gaji Mbak Innah (Khadimah/pembantu/ART) dengan upah UMR Jakarta. Walau KTP-nya, KTP Bogor.
“Mbak Innah, ibu tolong panggil tukang pijit yaa, dua.”
Satu untuk ibu satu untuk kamu. Mbak Innah bengong. Menolak halus dengan alasan mau kasih makan Ben yang lagi demam. Saat memandang baju panjangku yang kancingnya copot tapi ternyata sudah dijahit lagi oleh Mbak Innah, tanpa aku minta.
Makasih ya, Mbak Innah. Ibu nggak bisa apa-apa tanpa bantuan kamu.