PROGRAMKU ke Eropa adalah belajar dan menjenguk alumni, tebar teri kacang, sambal terasi dan uang jajan untuk alumni. Belanja-belanja enggak? Ya, pastilah namanya juga emak-emak.
Belanja cokelat, keju, wafer dan mainan mobil-mobilan buat si kecil. Tapi yang jelas, aku puas melihat perkembangan dan kehidupan alumni JISc dan JIBBS juga perkembangan anakku di rantau.
“Zack, jam berapa sampai rumah?” SMS-ku.
“Bentar, Mak. Otw, ini lagi mengobrol sama Bang Aldo dan Mas Egy,” he replied quickly.
Zack anakku berusia 16 tahun. Sekolah Menengah Umum di Istanbul. kalau Bang Aldo dan Mas Egy kuliah di Kayseri, kota kecil di Turki. Ketiganya anak alumni JIBBS. Jadi, ketika dirantau sudah kayak saudara.
Mereka jalan, makan dan ke mana-mana bersama. Anakku yang bujuk aku untuk ke Kayseri, kota tempat anak-anak alumni JIBBS kuliah. Ini kota pelajar dan murah.
Mereka ambil jurusan pariwisata, kota ini yang terbaik untuk urusan sky salju di Eropa.
Urusan salju aku nggak begitu tertarik. Aku juga nggak bisa main sky. Yang aku tertarik adalah 3 anak alumni sekolahanku ini.
Alumni JIBBS (Jakarta Islamic Boys Boarding School) ya. Walau malam pulang dari kampus atau habis jalan sekitar pukul 10 atau 11 malam tapi pagi-pagi sebelum subuh pukul 04.15 sudah bangun.
Lalu reflek ambil wudhu di udara yang sangat dingin sekitar 2 derajat. Lalu berangkat ke masjid terdekat. Shalat subuh berjama’ah dan sarapan roti dengan olesan selai cokelat Ovaltine.
Lalu pulang, ada yang mandi ada yang tidak. Bergegas kuliah dan belajar di taman atau di library. Ada yang paham ada yang tidak tapi tampak kesungguhan menuntut ilmu, juga kemampuan menjaga diri dan hati.
Baca Juga: 3 Pesan Mam Fifi untuk Lulusan Jakarta Islamic School
Programku ke Eropa Belajar dan Menjenguk Alumni
Mereka ambil jurusan macam-macam; Teknik Bendungan, Arsitektur, Kedokteran, Akuntansi, Pariwisata, Hukum, Ekonomi Syariah dan lain-lain.
Tapi mereka tetap low profile, hormat sama guru, cium tangan , tetap ibadah, bahkan sebutlah Bardan (alumni JIBBS angkatan ke-5) dipanggil Imam Besar karena badannya besar.
Suaranya kalau jadi imam mantab dan hafalannya paling banyak. Kuliah di Jerman, mereka tetap istiqamah.
Karena mereka ikut liqo atau pengajian mingguan, ikut kegiatan di Konjen KJRI, ikut pengajian masyarakat Indonesia, ikut jadi pengurus PPI (Persatuan Pelajar Indonesia), bahkan beberapa ada yang sempat jadi ketuanya.
Enggak kelayaban enggak keruan. No smoke, no girls, and no alcohol. No radicalisme juga.
Rata-rata demikianlah alumni JISc JIBBS yang tersebar di Eropa seperti Perancis, Koln, Berlin, Jerman, Turki yang kutemui dalam 10 hari ini.
Programku ke Eropa adalah belajar dan menjenguk alumni, tebar teri kacang, sambal terasi dan uang jajan untuk alumni. Belanja-belanja enggak? Ya, pastilah namanya juga emak-emak.
Belanja cokelat, keju, wafer dan mainan mobil-mobilan buat si kecil. Tapi yang jelas, aku puas melihat perkembangan dan kehidupan alumni JISc dan JIBBS juga perkembangan anakku di rantau.
Tetap ingat Allah. Study ke Eropa? Nggak mesti lupa Allah. Biasa saja lagi.
Allah berfirman, “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa: 103)
(Catatan Mam Fifi, November 2018)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Founder Jakarta Islamic School (JISc); Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS); Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: