Chanelmuslim.com – Lagi soal pesta pernikahan.
Saya merasa lucu sama kehidupan kita orang Indonesia, senin sampai jumat kita kerja dan sabtu ahad kitapun lelah; yaa kondangan arisan juga, acara walimahan. Sedikit kisah tentang pengakuan, kemarin saya minta dikawani anak saya yang sulung (19 years) ke acara walimahan salah satu anak pejabat Indonesia.
Sebagaimana layaknya perempuan yang mau kondangan, saya usahakan pakai bedak secukupnya, beneran deh cuma satu oles, alias gak tebal, Pakai lipstik juga gak.
Nah begitu keluar kamar sampai masuk mobil anak saya memandang berkali-kali, dalam hati saya GE ER dan nunggu di puji. Ketika dia diam saja dan akhirnya angkat bicara, anak saya bilang “ummi kok aneh sih mukanya, kayak biasa saja mi.” Lalu dia memandang baju saya dan mengatakan “baju yang kemaren tuh bagus mi, kenapa gak pakai baju yang kayak kemarin aja mi…” sambil membuang pandangan keluar jendela mobil. Ya…kirain mu dipuji…
“Yailaahh, Ismaiil… baju yang kemaren kan baju hari-hari untuk dipakai ke Jisc/rapat di Jibbs, ketemu guru tahfidz, takkanlah ummi pakai baju hari-hari buat ke pesta kawinan.”
Tapi dari situ aku baru sadar, ternyata anakku tidak suka kalau ibunya “nampak lain” mereka senang dengan ibu yang biasa-biasa saja, yang tidak pakai bedak, yang tidak pakai baju pesta.
Singkat cerita, di tempat walimahan ada satu hal yang mau saya bahas, yaitu ketika tuan rumah bersalaman tanpa memandang orang yang di salaminya. Hmmm…tuan rumah yang sibuk sekali karena bersalaman sambil bercakap-cakap dengan anak buahnya yang standbye di sebelahnya (kebayang gak di tempat pelaminan pengantin, beliau masih sibuk urus ini itu dengan staffnya). Dan anak saya protes “kok teman umi tuh (kebetulan yang teman adalah yang bapak-bapaknya bukan istrinya), salaman tidak lihat wajahku, apa karena aku ini anak kecil ? Harusnya bapak itu gak boleh kayak gitu… Aku kan merasa kurang diperhitungkan, kurang diakui.” Anakku protes…
Yaa gitu deh, alhasil aku hibur anakku bahwa dalam hidup memang benar kita butuh pengakuan tapi bila orang lain tidak mampu bersikap ‘mengakui’ kita yaa bersabar saja, biar Allah yang nanti mengangkat, memperhitungkan dan mengakui kita, karena amalan kita. Biar saja Allah kan Maha Melihat.
Qs Al Mujadilah ; 6
fayunabbiuhum bimaa a’ miluu ahshoohullahu wa nasuuh, Wallahu ‘ala kulli syai’in syahiid.
Lalu diberitakan pada mereka apa yg dikerjakan, Allah memperhitungkannya meskipun mereka melupakannya dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Lalu dia tersenyum dan ketika melihat bedak di wajahku sudah kuhapus pakai air dan tisue di toilet, anakku bilang ‘pakai bedak juga salah satu bentuk pengakuan yaa mi? Agar diperhitungkan ? Tapi, maaf yaa mi, umi sebetulnya lebih cantik kalau gak pakai bedak, gak pakai apa-apa sebagai bentuk pengakuan, dia kemudian memfoto selfie kami berdua dengan snapchats lalu satu jam kemudian dia menunjukkan “mii, lihat nii teman abang yang nge-like foto kita berdua ada 33, hahaha…”
Yaa nge-like juga salah bentuk pengakuan.
Pada dasarnya setiap orang membutuhkan ‘pengakuan’
Setuju gak ?
(19 april 2015)