ChanelMuslim.com – Aku kalau bicara ngablak dan nyakitin dan kadang malu-maluin. Semua itu tetap berlangsung, akunya nggak berubah tapi penerimaan dia terhadapku yang mulai berubah.
Dan akhirnya kekuranganku menjadi bagian dari hidup kami berdua. Juga kekurangannya menjadi kebiasaan yang aku sudah biasa dan mengerti.
Malah kalau nggak ada sampah di kamar, suamiku kangen kali sama aku. Haha. Terlalu sepi dan bersih juga nggak enak. Juga suara cemprengku yang ngagetin dan malu-maluin, kadang menyelamatkan situasi yang membosankan.
Baca juga: Memenuhi Apa yang Dia Inginkan
Dan aku pun tak akan pernah bisa menjadi seperti yang engkau pinta. Karena akhirnya suamiku nggak pernah minta apa-apa lagi sama aku. Bahkan untuk sekedar bikinin teh saja aku nggak.
Aku pemalas. Tapi aku jago bikin kepala ikan bumbu gulai buat makan siang yang istimewa. Asal kalau aku tidur jangan diganggu untuk sekedar bikin teh di pagi hari.
Intinya; bukan dia yang harus berubah tapi penerimaan kita yang harus diubah. Penerimaan atas semua kekurangan. Dan lama-lama kekurangan itu akan jadi kebiasaan yang dirindukan.
Apakah aku mencintainya? Itu pertanyaan besar untukku, tapi suatu hari ada pramugari yang jongkok di depan suamiku (business class pesawat), cuma menawarkan teh doang sih. Tapi kan belahannya kelihatan, pengen sopan tapi malah mengundang.
Dan jengkelku bangkit. Aku panggil perempuan itu dan minta dia panggil manajernya dan bertanya dengan suara keras, “Apa mesti begini SOP-nya? Bisa nggak menawarkan teh ke penumpang hanya membungkuk sedikit saja dan tidak usah jongkok di depan kaki suamiku. Apalagi kita ini mau umrah.“
Rasulullah bersabda, “Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika si pria tidak menyukai suatu akhlak pada si wanita, hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridai.” (HR. Muslim, no. 1469)