
Chanelmuslim.com – Saya termasuk perempuan yang realistik, apa saja masalah yang lewat pasti saya pikirkan dan kemudian akan timbul konklusi mengapa begini mengapa begitu. Saya lihat hujan turun saja langsung mikir. Mikirin sungai belakang rumah, mikirin semut yang kehujanan, mikirin orang yang kebanjiran dan mikirin hujan itu sendiri.
Kebiasaan menganalisa sesuatu ketika melihat sesuatu akhirnya jadi timbul kesan sok tahu, bagi yang percaya klenik dan mistik mengira saya punya indera ke-6 dan bakat meramal. Kalau ini terjadi di tempat kerja, wahh seru, mereka ngirain saya bisa melihat masa depan dan seringkali mereka menuggu dengan takjub apa yang akan keluar dari mulut saya.
Terkadang suka saya gangguin seakan saya ada ruh yang masuk yang pengaruhi diri saya, tapi gagal ! Karena ketika sudah bicara maka saya jadi serius dan keluarlah bentangan kalimat yang tersturktur tanpa dapat dikendalikan dan akhirnya terciptalah sebuah keputusan dengan sejuta argumentsi di belakangnya. Pokoknya ala kulli hal, akhirnya semua jadi benar deh, yang benar jadi benar yang kayaknya salah jadi benar juga. Itu semua terjadi karena saya suka baca.
Membaca itu bikin kita bisa berfikir cepat dan lompat-lompat dan ketika sudah ada satu masalah biasanya akan timbul banyak cabang solusi yang kita tinggal pilih mau solusi yang kayak apa.
Jadi jangan heran, biasanya solusi itu baru timbul ketika saya sudah buka mulut, sebelumnya terus terang saja bingung saya apa solusinya.
Kadang-kadang ide meeting atau training itu baru muncul sessaat sebelum meeting dan jadilah rangkaian agenda yang kaku dipikir-pikir benar juga yaa, alhamdulillah ini kepikiran, kalau tidak maka gawat ini, institusi yang di bangun bisa berantakan. selalu ada Alhamdulillah setelah meeting selesai. Akhirnya saya berfikir “inilah bentuk pertolongan Allah – melalui pemikiran sebagai seorang pemimpin.”
Itulah kenapa seorang leader rata-rata adalah reader -mereka suka baca dan gila baca-. Seperti Anis Mata Lc, baca buku tebal habis dalam 2 jam saja termasuk konklusi dan solusi dan uraian-uraiannya, maka kalimatnya suka membingungkan dan yang ngerti cuma beliau dan orang yang sudah baca buku yang tebal itu. Juga Lee Kwan Yew, ketika beliau menjadi pimpinan di Singapura hampir semua rakyatnya gila baca, dimana-mana di Singapura orang pegang buku, di taman, di train, di pasar. Juga Hidayat Nurwahid bilang waktu kecil beliau suka baca buku Koo ping hoo (buku silat yang smpai 60 atau 110 jilid), dan hobby bacanya menghantarkan beliau pada tingkat Doctoral di Madinah . Coba ajak bicara ustad HNW, bila kita bicara satu kalimat maka beliau bicara belasan kalimat yang tidak pernah putus terus dan terus…
Saya sendiri tidak suka baca cerita dari gadget, saya lebih tertarik baca buku, buku adalah teman. Mimpi saya selain jadi orang soleh adalah diam di sebuah pulau beberapa hari tidak ada apa-apa dan siapa-siapa dan baca berpuluh-puluh buku yang sudah saya beli namun tidak sempat di sentuh karena kesibukan di JISc n JIBBs yang tidak ada habisnya.
Saat ini musuh utama saya dalam membaca buku adalah; gadget dengan berates-ratus pesan masuk yang penting dan tidak penting. Kalau saya lepas gadget sehari saja, maka saya bisa habiskan 5 buku dalam sehari. Suami dan anak-anak tahu hoby saya bahkan dua anak saya gila baca. Dikasih buku bisa diam berjam-jam dan hobby kami adalah beli buku dibandingkan beli benda-benda lain.
Ketika mudik pun, di dalam mobil isinya buku di mana-mana. Dampaknya adalah kita keluarga yang selalu sarat dengan informasi dan selalu gak sabaran pingin ngasih tahu sesuatu ke orang lain, dalam mobil berjam-jam, selau ada saja yang dibicarakan tanpa putus tanpa lelah, karena semua orang bicara menumpahkan pikiran dari hasil baca buku sebelum dan sebelumnya.
Suami saya tidak suka baca, tapi terakhir beliau memaksa diri buka gadget dan cari informasi macam-macam biar gak ketinggalan, tapi bila diskusi tetap kami yang menang (istri dan 2 anak yang gila baca), karena argumentasi kami biasanya akurat dan tajam. Biasanya dalam situasi ini saya memilih diam untuk mejaga izzah suami. Dan setuju setuju saja walau sebetulnya bukan itu yang dimaksud, biasanya anak-anak suka bilang “ahhh… Abii gak nyambunggg…”
Intinya baca gadget itu tidak sama dengan baca buku. Kalau kita bukan generasi yang suka baca, yuk jadikan generasi berikut suka baca. Saya bermimpi suasana di JIBBs dan JISc, dimana anak-anak pegang buku ada di mana-mana. Coba kita buat satu hari yang dinamakan “Book’s day.” Dari pagi sampai sore, anak hanya baca, baca dan baca! Mereka diam karena baca, baca itu asyik, kita seperti ada dalam dunia yang lain yang selalu berwarna. Baca itu juga kayak narkoba bisa bikin kita lupa dunia nyata… Yuk baca ! Buku bukan gadget.
(Perth yang dingin -abis wudhu dengan air yang kayak es, akhirnya gak bisa tidur, bikin artikel, tapi liat deh antara judul sama isi beda, yaa itulah saya, kadang mau bicara apa ujungnya jadi begini. 11 August 2015).