MENJADI pembicara itu gampang-gampang susah. Apalagi tipikalnya gaul dan rame. Banyak yang suka tapi harus hati-hati dalam berbicara.
“Ayuk Mam ke Bandung!” Ajak seorang anak eks-alumni JISc yang sudah menikah dan kerja di Bandung. Namanya Bagus Samhan.
Aku menjawab, “Emang enak ya tinggal di Bandung?”
Kata Bagus, “Yaa Mam, enak banget. Anak-anak muda pada rajin ikut pengajian Mam karena ada ustaz baru, gaul dan bisa narik anak muda pas pulang kantor pada ngumpul dan geliat beragama di kalangan anak muda meningkat.”
Aku jadi ingin memindahkan anak yang sudah kerja untuk tinggal di Bandung saja. Tidak mudah loh anak muda bisa rumpi tetapi di masjid.
Semua itu karena ada ustaz gaul yang enak didengar dan apa yang dibicarakan masuk ke telinga mereka dengan gayanya.
Ya.. lebih kurang apa yang sang ustaz ini katakan, maafkanlah. Kita masih perlu beliau. Cuma beliau yang saat ini bisa masuk ke anak-anak muda.
Aku pengalaman jadi pembicara dengan gayaku yang blak-blakan dan ceplas-ceplos.
Banyak yang suka dan kabarnya yang dengar juga senang karena riil dengan kenyataan sehari-hari, tapi setelahnya aku deg-degan.
Jangan-jangan ada salah ucap atau salah membuat perumpamaan dan lain-lain.
Baca Juga: Hati-Hati dengan Ucapan
Menjadi Pembicara Itu Gampang-gampang Susah
Ya.. menjadi pembicara itu gampang-gampang susah. Apalagi tipikalnya gaul dan rame. Banyak yang suka tapi harus hati-hati dalam berbicara.
Cuma kalau terlalu hati-hati ya jadi susah mau bicara. Tidak lepas dan tidak menarik lagi.
“Jadi, kayak bukan gue gitu loh!”
Tipenya blak-blakan gitu kok disuruh hati-hati. Jadi, yuk belajar memahami saja. Dan ambil inti sari maksud dari kalimat-kalimat yang tampaknya agak kontroversial itu.
Janganlah cepat menghujat juga. Seakan karena nila setitik rusak susu sebelanga. Dan apapun kesalahan biasanya orang pintar segera introspeksi dan akan lebih hati-hati ke depannya.
Tapi masukan juga sedikit, kalau soal Nabi dan Sahabat harus berhati-hati juga membuat perumpamaan atau diksi.
Karena selain di gambar saja tidak boleh juga khawatir salah julukan atau dikhawatirkan melecehkan. Walaupun tidak ada niat melecehkan.
Apalagi terhadap orang yang sangat dihormati umat. Juga mengingat umat kita beragam.
Tapi aku yakin Ustaz H tidak ada maksud melecehkan. Jangan sampai hal ini dimanfaatkan orang yang tidak suka anak muda muslim bangkit. Digoreng-goreng di media seperti biasanya.
Oke kuy! Kembali pada yang biasa dilakukan ya Ustaz H. Tetap semangat! Anak-anak muda masih sangat membutuhkan syi’ar lewat dirimu.
Cuma lebih berhati-hati sedikit saja agar tidak kebablasan. Alhamdulillah juga sih ada yang mengingatkan. Meskipun juga jangan kebangetan mengingatkannya.
Ala kulli hal. Bersyukurlah berarti Allah sayang sama antum dan ingin antum meneruskan apa yang sudah dilakukan.
Yuk jangan sampai hal ini dimanfaatkan orang lain yang tidak suka anak muda muslim bangkit.
Sampai ada artikel di google selain tempat favorit di Bandung yang wajib dikunjungi. Ada juga 9 masjid favorit anak muda di Bandung. Masya Allah.
Semoga geliat ini tumbuh juga di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Allahu Akbar!
Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
“Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan mendatangkan cobaan kepada mereka. Dan barangsiapa rela dengan ujian itu, maka dia akan memperoleh kerelaan-Nya. Dan barangsiapa membencinya maka dia akan memperoleh kebencian-Nya.” (HR. Tirmizi, 2396 dan Ibnu Majah, 403)
(Catatan Mam Fifi, Juli 2018)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D.
(Founder JISc, JIBBS, JIGSC)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: