MASUK boarding karena kesadaran bukan paksaan. Masuk boarding untuk diri sendiri bukan gengsi family. Jadi, anak-anak semuanya sadar untuk bertahan di boarding karena kesadaran akan penempaan dirinya.
Semalam pulang kuliah dengan seabreg tugas tentang fishbone, cloud deployment dan lain-lain. Aku segera menghampiri anak-anak di boarding JIBBS dan JIGSc di Puncak.
Aku mau mengirim spaghetti, muffin chocolate dan bolu gulung isi tiramisu keju.
Rasanya lucu karena semua supir dan mbak di rumah harus ingat jumlah anak, guru, staff, office boy dan tukang rumput di masing-masing cabang ada berapa.
Semuanya harus kebagian. Biasanya dari mereka pula aku tahu yang sakit siapa yang enggak masuk siapa.
Jadi, pengiriman makanan tambahan sebanyak 250 porsi sekali kirim ke JIBBS dan JIGSc adalah bentuk sidak dalam bentuk lain.
Aku juga menjadi tahu apa kegiatan mereka ketika anak-anak lain seusia mereka di luar sana pada nge-date pacaran.
Tapi anak-anak boarding enggak malu jadi jomblo. Jomblo bahkan keren menunjukkan mereka takut pada Tuhan.
Ternyata malam Ahad diisi dengan acara muhadhoroh atau show kecil-kecilan. Latihan menjadi ajang keberanian.
Ada yang main drama tahfidz, ada yang lomba setor ayat pilihan, ada yang menonton film sama gurunya, ada yang lomba nasyid, ada yang comedy show atau menyanyi memakai panci.
Ya, akhir pekan biasanya diisi dengan kegembiraan sambil menunggu besok Ahad dijenguk orang tua.
Aku berharap diajak jalan-jalan seputar Puncak. Tapi selepas ashar harus balik ya. Siap-siap untuk pembelajaran di hari Senin pagi.
Dan aku tanya lagi, “Ada siapa saja?”
Jawab admin di sebrang sana, “Ustaz B, Ustaz C, Ustaz D dan Ustaz G dengan piket ustazah.
Kalau di boarding girls ada Ustazah E, Ustazah N, Ustazah R, Ustazah A dan semua ustazah kebetulan sedang kumpul sambil makan kue coklat yang dalamnya meleleh.
Anak-anak senang banget. Sebelum makan, kuenya dilelehkan dulu pakai microwave. Jadi luarnya dingin, dalamnya panas: chocolava cakes.
Baca Juga: Boarding Mana yang Terbaik
Masuk Boarding Karena Kesadaran Bukan Paksaan
Yes, kata siapa masuk boarding enggak bisa makan pizza, chocolava cake, spaghetti, fetucinni, blackforest dan bolu tiramisu.
Malahan di boarding jadi tahu segala jenis makanan dari lodeh, ayam rica-rica, sambal terong, macaroni schotel, calamary, bandeng presto, tahu kipas dan lain-lain.
Laporan dari boarding girls, “Anak-anak lapar melulu Mam. Habis makan malam malah pada masak nasi goreng.”
Waduh, hati-hati, Girls. Menaikkan berat mudah, menurunkannya susah.
“Dan kalau buka kulkas pasti penuh. Isinya makanan mereka semua.”
Lain dengan yang di SMU Boys, habis main bola sore-sore. Malamnya ngeliwet di lapangan dengan teri dan jengkol.
Jadi bukan anak JIBBS kalau enggak tahan bau jengkol. Ini ustaznya yang mengajarkan. Tapi di sanalah letak kebahagiaan hidup tanpa orang tua.
Makanya di boarding boys tidak ada kunci gembok. Tidak ada pagar sekeliling boarding.
Selama belasan tahun, JIBBS berdiri tidak ada anak-anak yang kabur. Kalau mau kabur mah sok sebodo teuing enggak bakalan dicariin sama ustaznya.
Sekali lagi, masuk boarding karena kesadaran bukan paksaan. Masuk boarding untuk diri sendiri bukan gengsi family.
Jadi, anak-anak semuanya sadar untuk bertahan di boarding karena kesadaran akan penempaan dirinya.
Boarding kami kecil. Selain saya enggak punya uang untuk banyak membuat gedung besar-besar.
Belum lagi masalah pengawasan mutunya. Kalau banyak, khawatir enggak keurus dan mencari ustaz yang baik, mau menginap, sabar dan perhatian juga susah.
Bikin boarding alamat enggak bisa tidur nyenyak. Siap-siap mendapat notification kalau ada apa-apa di malam hari.
Misalnya, anak sakit dan lain-lain. Pentingnya komunikasi dibangun bukan cuma dua arah tapi semua arah. Jadi ponsel menyala 28 jam.
Selamat menjadi guru boarding untuk para ustaz dan ustazah yang siangnya memberi ilmu, lalu malamnya sibuk berjaga.
Kalian hebat, ketika guru lain sudah dengan keluarga. Kalian malah meninggalkan keluarga demi anak orang. Guru boarding gajinya mesti lebih tinggi. Inshaa Allah. Catat!
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga.
Sesungguhnya malaikat mengepakkan sayapnya sebagai tanda ridha bagi para penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim akan dimohonkan ampunan oleh penduduk langit dan bumi serta ikan yang berada di lautan.
Sesungguhnya keutamaan orang alim (berilmu) di atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan saat purnama di atas bintang-bintang.
Sesungguhnya ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu berarti mengambil bagian yang besar.” (HR. Tirmidzi)
(Catatan Mam Fifi, Agustus 2019)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: