ChanelMuslim.com – Terus terang, aku nggak pernah merasakan masakanku nggak dipuji orang. Eh, pernah deh sekali waktu agak keasinan bikin macaroni schotel di Perth.
Saat itu, sudah pakai kornet, mentega, keju, double yang shraded cheese dan mozarela pula. Tapi karena yang makan anak remaja yang lagi kelaparan sama temannya maka tak lama habis juga.
Dari dulu sejak baru menikah, aku masak apa saja orang pasti tanya, “Ini apa Bu Fifi?”
Waktu itu aku memasak somay tapi digoreng lalu dipindang bening. Aneh kan?
Waktu itu aku lagi nggak punya uang jadi nggak sanggup membeli ikan banyak maka si ikan aku campur tepung. Jadilah somay. Lalu ternyata di pengajian, makananku itu yang paling favorit.
Ada lagi, waktu coba bikin mie ayam, ternyata anak-anak sampai bangun malam untuk mengorek dapur mencari lagi sisa mie ayam yang ada di dapur.
Alhamdulillah aku masih simpan satu mangkuk. Jadilah mie semangkuk itu dipanaskan lalu ditambah indomie agar cukup untuk mereka bertiga, tapi di mata mereka tetap
enak.
Suatu hari aku pulang ke Indonesia. Anak-anak, aku titip ke saudaraku yang tinggal dekat rumahku di Perth. Drama dimulai, mereka dikasih makan nugget sayuran. Mereka disuruh menghabiskan. Karena katanya tengahnya masih mentah anak-anak muntah-muntah. Saudaraku tersinggung dan bilang anakku rewel. Aku diam saja.
Akhirnya sang kakak menyuapi adiknya dan setengah makanan dibuang ke tempat sampah pas di bawah kursi si adik. Jadi kesannya si adik makan dengan lahap agar saudara ibunya tidak melotot.
Sempat anak-anak menangis kalau waktu makan tiba. Katanya ingat masakan umi, ingat telur dadar kecap, ingat daging goreng yang lembut, ingat ayam semur kentang, ingat mie goreng, dan ingat sandwich umi.
Dan katanya, mereka ketika waktu makan tiba berlinangan air mata. Saudaraku memang tidak begitu bisa memasak. Beliau scientis bahkan saat memasak ayam goreng, ayamnya langsung di goreng. Ayamnya hanya dikasih garam saja setelah matang. Kalau kita kan diungkep dulu ya.
Namun, ala kulli hal aku berterima kasih pada saudaraku karena mau menunggu anakku selama aku tidak di Perth. Suatu masa dulu, sewaktu yang kakak kelas 2 SMP dan si adik kelas 2 SD.
Kemudian aku membuat bakso di acara pengajian, dan tukang bakso di Perth yang mana semua orang banyak beli bakso ke beliau memuji baksoku lalu makan berkali-kali.
Lalu aku membuat kue. Kemudian semua orang makan kueku. Bahkan dibawa pulang.
Sampai ada yang sms untuk tanya bagaimana resep ayam bakarku. Padahal ayam itu nggak dibakar. Itu ayam kecap kemarin, karena masih banyak maka aku goreng memakai mentega tipis-tipis. Jadi, dikira ayam bakar karena gelap dan manis.
Suatu hari aku ikut pengajian dan aku melihat tuan rumah nggak ikut pengajian karena masak nasi uduk yang lengkap. Ketika selesai pengajian semua orang makan dan diam saja karena nasi uduknya keasinan level tinggi.
Ada ibu yang blak-blakan bilang, “Jeng Nani nih mau kawin lagi ya, asin banget,” sambil minum air keran. Di Perth air bisa langsung diminum dari keran.
Anak-anak nggak ada yang makan nasi uduknya. Mereka hanya gadoin emping tabur kecap. Kebetulan ada nastar dan risoles. Akhirnya, itu yang dilahap semua orang.
Aku nggak tega. Ketika semua pulang, aku meminjam tupperware lalu bilang, “Ini aku bawa saja ya, Mbak. Aku lagi capek, malas masak.”
Lalu dengan sumringah beliau mengambil dua sampai tiga bungkus tupperware nasi uduk dan tempe tahu yang sebetulnya asin juga. Bahkan tahunya agak anyep gitu.
Ya sudahlah, aku nggak tega melihat beliau kelelahan masak sampai nggak ikut pengajian. Aku tahu beliau korbankan waktu shift kerjanya untuk nge-host orang-orang pengajian ke rumah agar berkah katanya. Betapa mulia hatinya, malah malam itu setelah pengajian bubar beliau harus kerja lagi shift malam.
Aku dari dulu memang tukang menghabiskan masakan orang, terutama masakan yang di pengajian. Biasanya masakan yang nggak laku, nggak ada yang menyentuh akan aku ambil itu dahulun. Aku ingin semua yang masak bahagia agar dia tahu bahwa masakannya laku. Jadi pulang pengajian, hati tidak sedih. Capek kan masak juga, pengajian juga, mana di Perth kan nggak ada pembantu.
Aku juga diam-diam tukang memuji orang. Sering kali, orang sudah menyiapkan sesuatu. Sebetulnya, aku kenyang banget tapi aku tahu effort-nya besar banget untuk menyediakan itu. Dan ya Rabb, kami semua nggak suka masakan itu tapi aku akhirnya mengatakan, “Aku bawa pulang ya, Mbak. Ini buat besok pagi. Aku sibuk besok,” sambil berpikir, besok akan diolah jadi apa.
Ya, kita perlu menyenangkan orang karena melihat mereka susah payah di balik sebuah masakan asin atau gudeg yang tidak ada rasa. Nanti kan bisa diolah lagi atau biasanya kecap jadi penyelamat.
Kasihan yang masak, bila pulang masakannya masih penuh nggak ada yang menyentuh.
Aku juga kalau ke Cirebon, aku tanya empal gentong paling terkenal di mana. Lalu aku membeli yang tidak terkenalnya dan yang masih sepi untuk membagi-bagi rezeki.
Ya, aku nggak pernah atau sangat jarang menerima masakanku tertolak tapi aku bisa merasakan pedihnya orang yang masakannya tidak diakui.
Terinspirasi dari status Gilang Kazuya Shimura, adikku. Tapi dalam hal ini aku menjadi orang yang masakannya selalu habis nomor satu. But… I fell people in your story.
Aku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Apalagi adegan masak di negeri orang.
Aku kangen masa itu. Masa kumpul-kumpul. Dunia sepi amat sekarang tak ada kumpul-kumpul lagi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Jika satu suap makanan kalian terjatuh, maka hendaklah dia mengambil dan membersihkannya, lalu memakannya. Janganlah ia membiarkannya dimakan setan.” (HR. Imam Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ahmad)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-talk/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
https://www.instagram.com/fifi.jubilea/
Twitter: