KEMBALI pada masalah. Kadang orang kasihan sama orang lain yang lagi ada masalah, atau nampaknya itu masalah.
Jadi kita mungkin memeluk dia dan menguatkan, mungkin juga menelpon lalu pinjam uang (haha), atau mungkin juga dan ini sangat jarang, ikut mendoakan ..
Kebanyakan kita malah membicarakan bahkan ikut mengutuk orang yang kita nilai jahat terutama pada pasangan. Terutama yang berselingkuh.
Kemaren baru saja nonton sama anak anak film yang judulnya “agak laen“, di situ kita bisa memahami kondisi orang lain dan kata anak saya ‘back story‘-nya liat deh mi ‘ dia membunuh karena bela diri, bla bla bla dan juga alasan kenapa polisi kerjanya lama karena banyak yang harus diusut dan juga tekanan dari banyak pihak minta diusut segera siapa pelakunya.
Jadi semua ada strong reason kenapa seseorang bisa berprilaku begini dan begitu.
Kembali pada masalah. Besar dan beratnya dan juga kadarnya masalah itu tergantung perspective kita dalam memandang dan mengerjakan masalah itu. Jadi sang commentator baiknya doakan saja.
Kadang orang yang punya masalah itu sebetulnya beruntung dengan demikian maka dia punya waktu untuk bertaubat.
Emang yang berselingkuh cuma bapak itu doang? Itupun belum pasti karena kita semua enggak lihat dengan mata kepala sendiri. Kalau itu cuma fitnah yang disambung-sambungkan untuk pembunuhan karakter misalnya apalagi orang politik, maka kita kena getahnya semua di akhirat.
Malahan bapak itu beruntung sebab yang kayak cerita mengenai beliau itu apakah beliau saja atau kah banyak? Kayaknya dari zaman dulu sudah banyak kejadian kayak gitu.
Jadi hikmah di balik sebuah masalah adalah ‘teguran yang harus disadari . Selama masih ada umur maka saat itulah waktu untuk ‘menjadi santri’ berdiam diri dengan segala ketenangan yang ada untuk kembali pada Allah ..
Juga kalau kita ketemu orangnya saya rasa tidak usah diungkit .. diam saja lah pura-pura enggak tahu .. apalagi ketika ketemu ibunya tidak usah mengasihani atau ikut memeluk dengan derai tangis.
Itu malah lebih mengingatkan beliau akan masalahnya.
Saya pernah menjumpai teman sekelas saya waktu kuliah di Australia dulu, yang mana dia tuh habis kecelakaan dan pakai tongkat di kelas.
Tapi enggak ada yang melihat atau bertanya, semua pura-pura sibuk dan treated him well. Dia juga ketawa-ketawa saja dan enggak ada yang memperhatikan kecacatan yang dia miliki.
Baca juga: Apapun Masalahnya, Keluarga Akan Selalu Ada Memelukmu
Kembali pada Masalah
Bisa enggak kita tuh lebih ‘agak calm dan enggak terlalu reactive terhadap masalah orang, sehingga yang punya masalah juga agak tenang dan enggak kayak dia paling bersalah dan paling menderita.
Kita enggak tahu lho
Siapa tahu dia yang paling layak masuk surga karena kepiawaiannya menghadapi masalah?
Sementara kita enggak ada masalah dan membuat diri kita hanya bisa sibuk membicarakan masalah orang lain.
Atau ingat sebetulnya masalah itu biasa saja tapi kita mengukur masalah itu di kaki kita sehingga nampak luar biasa.
Wallahu ‘alam.
Cuma “barangsiapa yang dalam waktu 40 hari tidak ada masalah, cemaslah“.
(Mukhasyafatul qulb).
Dari saya.
Lintasan pemikiran
Ketika makan sate sendirian.




