JANGAN kita jadi penikmat ukhuwah hanya menerima tapi malas memberi. Jangan salahkan uang yang sedikit. Salahkan hati yang pelit.
Liburan identik dengan pulang kampung, jalan-jalan keliling kota dan pulangnya membawa oleh-oleh baik untuk diri sendiri, keluarga maupun teman.
Lebih cantik lagi kalau untuk atasan tapi kononnya jarang karena khawatir atasan enggak suka kue kampung.
Saya juga sama. Lalu saya tanya pada suami dan anak-anak, “Mau bawa apa? Untuk siapa? Untuk teman liqo? Teman kantor atau teman kuliah?”
Sayangnya mereka menggeleng. “Kenapa?” desakku.
“Nanti Umi yang belikan ya. Umi yang pilihkan dan Umi yang siapkan. Kalian merem saja.”
Jawabnya, “Enggak usah. Males. Mereka juga enggak bawa apa-apa kalau jalan-jalan, kalau liburan atau pulang kampung. Yang bawa kita terus, yang lain cuek saja.”
Baca Juga: Sembunyikan Kejengkelan Hati
Jangan Jadi Penikmat Ukhuwah
Saya terdiam. Jujur, saya juga suka merasakan hal yang sama dan pastinya akan dibantah dengan alasan bingung mau bawa apa.
Ah, kamu kan sudah punya dan lain-lain. Intinya saya merasakan hal yang sama.
Saya ke Jepang. Teman saya ke Jogja. Ada juga yang ke Norwegia. Ada juga yang ke Cina. Ada juga yang ke Bandung.
Tapi yang bawa oleh-oleh, kue-kue dan souvenirs cuma saya saja. Jadi kayak sinterklas bagi, bagi, bagi dan bagi-bagi. Dan juga bercerita.
Padahal alangkah indahnya bila saling tukar menukar souvenirs, tukar menukar makanan dan lain-lain. Bila sepihak saja akan melemahkan ukhuwah.
Jangan kita jadi penikmat ukhuwah hanya menerima tapi malas memberi. Jangan salahkan uang yang sedikit. Salahkan hati yang pelit.
Terakhir, “Beli buat Mbak Lilis sama Pak Dwi saja Mi.” Khadimah dan satpam di rumah.
“Iya, ya. Mbak Lilis kalau pulang kampung baliknya bawa pisang tanduk, Pak Dwi juga ke Solo belikan mainan buat Ben, yoyo.”
Kecil tapi berkesan. Jangan sampai awalnya rajin tapi jadi malas karena tidak ada tindak balas. Dan cinta itu adalah memberi tanpa batas. Jangan bilang, “Ah, saya tidak.”
Ya terserah saja. Inikan yang saya alami. Saya enggak bisa ceritakan pengalaman orang lain.
Dari Jabir bin Abdillah Al Ansahary Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya.
Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan.” (HR. Tirmidzi)
(Catatan Mam Fifi, Maret 2019)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: