Chanelmuslim.com – Iri yang membakar itu seperti ini. “Anaknya sekolah dimana Bu?”
Kadang aku bingung menjawabnya. Lalu aku cerita panjang lebar soal proses memilih sekolah. Tetapi kemudian berpikir, beliau paham tidak ya dengan apa yang kuceritakan. Akhirnya kusingkat dengan mengatakan, “Sekolah di Kampus yang terbaik di kota kami, doakan yaa Bu.”
Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan lain. Di sana dengan siapa dan lain-lain yang kemudian membuat aku semakin bingung untuk menjawab. Karena memang hal yang tidak lazim meninggalkan anak sendiri di negeri orang tanpa wali.
Lain lagi dengan teman-teman di media sosial. Setiap foto atau gambar yang diposting, kemudian ramai bertanya tentang anak, pekerjaan, masakan, gambar kue, hingga soal pantai yang indah tapi tak ada orangnya.
Tetapi, semakin banyak mereka tahu semakin aku merasa mereka menjauh, akhirnya aku mengambil kesimpulan, semakin banyak orang tahu tentang kita dan apa yang ada pada kita, semakin banyak orang merasa iri. Apa yang ada pada kita, anak-anak, pekerjaan, harta menjadi ukuran kesuksesan bagi orang lain.
Baca juga: Rumah Tanpa Orangtua
Suatu kali anakku bilang, “Mi, jangan terlalu banyak cerita, nanti memancing orang lain jadi iri.”
Kala itu kumenjawab, “Masak sih mereka iri padaku? Foto yang ku-upload di media sosial tuh bukan semua foto-foto yang kuambil, sebagian dari internet.” Dan aku biasanya posting foto atau status sebagai informasi dan motivasi.
Namun, tidaklah semua hal yang kita ceritakan akan memotivasi orang lain. Dan mungkin saja bisa membuat hubungan renggang dan terputus karena rasa iri.
Rasa iri bentuknya macam-macam. Dilampiaskan dengan diam saja seakan apa yang ada pada kita tidak penting. Atau bisa juga tiba-tiba memberikan komentar yang negatif dan seolah menuduh.
Iri itu membakar, membakar perasaan, membakar hubungan manis, membakar niat. Awalnya mungkin bertanya agar menjadi dekat dan termotivasi, tetapi kemudian rasa iri muncul.
Cerita mengenai keberhasilan dan kesuksesan orang lain, saat keadaan kita tengah di bawah, akan membuat hati gelisah dan rasa iri semakin membakar. Biasanya ketika hal itu terjadi pada diriku, aku istighfar dan menjauh dari sumber yang membuat hati menjadi iri.
Namun jika dipikir kembali, kenapa harus iri? Bukankah aku memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain. Dan orang lain pun memiliki apa yang tidak aku miliki. Jadi sebetulnya ketika kamu iri padaku, di sisi lain aku pun iri padamu tanpa sepengetahuanmu. Hanya bedanya kamu cemberut padaku, dan aku senyum-senyum saja. Senyum iri padamu.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nisaa’ 32)
Iri hanya boleh dalam dua hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.
“Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: