ChanelMuslim.com – Nggak perlu banget ada guru impor. Anak-anak nggak akan paham, apalagi pakai penerjemah yang pastinya kaku dalam menerjemahkan.
Anak-anak daya fokusnya pendek maksimal hanya 20 menit. Kalau disuruh mendengarkan pengajaran dengan penerjemah pula khawatir malah makan waktu lama. Apalagi pelajaran tematik SD yang bukunya saja ada 8 untuk satu semester. Kejar tayang.
Sebetulnya yang mengerti anak-anak ya ibu guru dalam kelas yang sehari harus sama anak-anak dan mesti orang lokal.
Orang Indonesia tuh kreatif, bisa bikin macam-macam, sesuai dengan kondisi sekitar dengan media yang ada di sekelilingnya dengan judul kearifan lokal. Yang mana hal itu tidak dimengerti oleh guru luar negeri.
Selain itu, juga pengertian mengenai kurikulum harus komprehensif dari sang guru. Kalau tidak akan kesal sebab anaknya tak paham-paham.
Guru impor memang bagus karena mereka well trained dan full of training tapi mereka harus memahami budaya dan kondisi kurikulum Indonesia yang rata-rata masih berbentuk hafalan. Walau ada beberapa dan usaha untuk mencoba meningkatkan creative thingking tapi pada kenyataannya kurikulm Diknas masih berupa hafalan dan bukan pemahaman dan penjabaran. Walau sesekali ada juga soal yang menuntut High Order Thinking skill.
Saat ini dunia pendidikan di seluruh dunia sedang mendengungkan 21st century. Maka sang guru impor akan bingung bagaimana mengajar anak-anak Indonesia yang sudah terbiasa dengan kurikulum Diknas yang cenderung kurang thingking skill-nya. Wallahu’alam.
Guru impor belum perlu yang diperlukan adalah mengubah sistem kurikum Nasional sehingga lebih aplikatif buat anak-anak Indonesia untuk bekal hidup mereka nanti ketika sudah dewasa. Dan baiknya didatangkan saja Trainer impor untuk mentraining dan memberi wawasan dan sharing ilmu pada guru-guru kita.
Tapi semua harus komprehensif, yaitu mengubah kurikulum juga. Dan itu bukan pekerjaan mudah.
Hal lain, hati-hati dengan budaya yang akan dibawa oleh guru impor karena samenleven-nya, openminded-nya atau budaya kasarnya dan lain-lain. Dan guru tempatan harus meng-adjust anak-anak agar tidak menyerap budaya hidup sang guru impor yang notabene belum sesuai dengan kulture bangsa kita. Selain itu, jangan lupa bahwa mendatangkan mereka memerlukan biaya tinggi. Ya gajinya, tempat tinggal dan lain-lain. Lalu beban itu nanti akan larinya pada siapa?
Guru impor wacana yang bagus. Bisa untuk menjadi guru tamu dulu tapi harus dipertimbangkan matang-matang tanpa membuat guru lokal kehilangan perkerjaan. Tanpa mendatangkan rasa iri terutama pada masalah perbedaan rate gaji.
Rasulullah bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: