Saat kejadian Paris attack ku tengah mengunjungi anakku. Ia sekolah di kota dengan muslim sebagai minoritas.
“Mi? Tahu kan ada Paris attack?”
Anakku menunjukkan koran dengan gambar-gambar yang mengerikan. Aku kasihan melihat banyak dari rakyat yang jadi korban.
Tak lama anakku menunjukkan lagi meme di sosmed. “Yaa Rabb, jadikan imanku sekuat pasport para terorrist itu.”
“Lucu yaa mi, masa semuanya terbakar dan kena ledakan kecuali pasport.”
Yaa, itulah hal yang aneh di muka bumi ini.
Suatu pagi saat masih hangat orang membicarakan Paris Attack, aku jalan-jalan ke pantai. Beberapa orang asing menyapa dan bersikap ramah sekali.
“Hai, enak banget lho berenang, Kamu gak mau terjun ke laut?”
Aku senyum-senyum saja, bingung juga jawabnya apa.
Tak lama ada sepasang suami istri yang usianya sudah cukup lanjut si wanita melambaikan tangan. Aku balik menyapa dan tersenyum. Tidak seperti biasanya dan jadi kaya artis deh rasanya.
Tiba-tiba kok semua orang ramah ya? Pagi yang membingungkan, ”
mendadak famous.”
Kemudian aku berpikir, “yaa… inilah bagian dari Paris Attack yang dibuat oleh ‘tak tahu siapa.’ Rekayasa sempurna untuk mencitrakan umat Islam itu berbahaya.”
Pantaslah banyak orang asing yang menyapa, senyum dan ngajak berenang segala meski tidak kenal.
Yaa, itu mungkin karena mereka takut “dimakan” olehku. Ini tak ubahnya seperti mencoba menjinakkan anjing galak.
Yah ini hanya pengalaman di sebuah pantai di negeri orang yang ketakutan pada yang namanya muslim. Karena cerita karangan yang dibuat sedemikian hebatnya. Mencitrakan muslim yang seram.
Ketika pulang kerumah, dan menceritakan apa yang terjadi pada anakku. Dia menjawab, “temanku yang orang Belgium juga bilang kalau Islam punya ajaran harus membunuh orang, tentulah kita saat ini sudah mati. Karena berapa banyak orang muslim di dunia ini yang menjadi tetangga kita, kawan di kampus yang akan meledakan bom. kenyataannya tidak kan??”
Tetapi kejadian di pantai sedikit membuatku senang karena mendadak famous gara-gara Paris attack.