LAGI baca buku Renungan Kalbu. Aku share yaa di bawah ini: Deep Learning banget nii. “Binatang Idaman Nabi”.
Pernahkah kita memperhatikan tiga binatang kecil, yaitu semut, laba-laba, dan lebah? Ketiganya memiliki sifat yang berbeda, dan bila dicermati, perilaku mereka bisa menjadi cermin bagi kehidupan manusia.
Semut dikenal sebagai makhluk yang paling rajin dalam mengumpulkan makanan. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja tanpa henti, sedikit demi sedikit, demi menyimpan persediaan.
Menariknya, meski usia semut tidak lebih dari satu tahun, ia tetap berusaha menumpuk makanan untuk persediaan bertahun-tahun. Ketekunan ini terlihat dari usahanya memikul benda yang jauh lebih besar dari tubuhnya, bahkan jika benda itu sebenarnya tidak berguna baginya.
Semut menjadi simbol ketekunan dan kerja keras, namun juga bisa menjadi gambaran sifat serakah dan berlebihan jika tidak disertai tujuan yang jelas.
Laba-laba, di sisi lain, adalah makhluk yang menakutkan bagi banyak orang. Sarangnya, meski tampak lemah, bukan tempat yang aman bagi makhluk lain. Apa pun yang terperangkap di dalamnya biasanya akan menjadi mangsa tanpa ampun. Bahkan perilaku reproduksinya terlihat kejam: jantan setelah kawin sering dibunuh oleh betina, dan anak-anaknya yang menetas bisa saling berdesakan hingga memusnahkan satu sama lain.
Laba-laba menjadi simbol dari sifat manusia yang merugikan orang lain, licik, atau bersikap merusak demi keuntungan pribadi.
Lebah, sebaliknya, memiliki sifat yang sangat berbeda dan patut diteladani. Lebah hidup dengan disiplin tinggi dan memiliki pembagian kerja yang jelas. Sarangnya dibangun dengan bentuk segi enam, yang terbukti kuat dan efisien dibanding bentuk lain. Lebah hanya mengambil sari bunga yang berguna, mengolahnya menjadi madu dan lilin yang bermanfaat bagi manusia. Ia tidak mengganggu makhluk lain kecuali merasa terancam. Sengatnya pun hanya digunakan untuk mempertahankan diri, dan secara mengejutkan, bahkan bisa menjadi obat bagi beberapa penyakit.
Lebah mencerminkan sifat manusia yang bermanfaat, disiplin, produktif, dan tidak merugikan orang lain.
Dalam kehidupan manusia, kita bisa menemukan sikap yang mirip dengan semut, laba-laba, atau lebah. Banyak orang yang menumpuk harta atau ilmu tanpa menggunakannya untuk kebaikan, seperti semut yang hanya mengumpulkan tanpa memanfaatkan. Ada juga yang selalu mencari keuntungan dengan merugikan orang lain, seperti laba-laba yang menunggu mangsa.
Sebaliknya, orang yang berperilaku seperti lebah tidak hanya bekerja keras, tetapi juga berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, hidup disiplin, dan tidak merugikan makhluk lain.
Sayangnya, di masyarakat kita, perilaku semut dan laba-laba lebih mudah ditemui dibandingkan perilaku lebah.
Banyak orang lebih fokus pada penumpukan harta, persaingan yang merugikan, atau mencari keuntungan pribadi tanpa memperhatikan kebaikan bersama. Sedangkan orang yang meneladani lebah—disiplin, bermanfaat, dan bijaksana—masih tergolong minoritas.
Rasulullah Muhammad saw. pernah mengingatkan bahwa seorang Mukmin hendaknya bersikap seperti lebah.
Pesan ini menjadi pedoman bahwa dalam hidup, seseorang tidak hanya perlu bekerja keras, tetapi juga harus menghasilkan sesuatu yang berguna, menjaga diri dari perilaku merusak, dan selalu berpikir tentang manfaat bagi orang lain.
Menjadi lebah yang produktif dan bermanfaat memang tidak mudah, apalagi jika kebanyakan orang di sekitar kita cenderung meniru sifat semut atau laba-laba.
Namun, menjadi minoritas yang berkualitas ini justru menunjukkan kemuliaan dan kedewasaan karakter seorang Mukmin.
Baca juga: Hisabnya Binatang dan Kaum Jin
Binatang Idaman Nabi
Dengan meneladani lebah, manusia belajar untuk hidup disiplin, bersih, dan berguna. Ia bekerja keras, tetapi selalu memperhatikan manfaat dari setiap tindakan. Ia tidak hanya peduli pada dirinya sendiri, tetapi juga pada lingkungan dan masyarakat sekitar.
Sikap ini selaras dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan agar setiap Mukmin menjadi pribadi yang produktif, bermanfaat, dan tidak merugikan sesama.
Kesimpulannya, semut, laba-laba, dan lebah bukan hanya makhluk kecil biasa, tetapi juga guru yang mengajarkan tentang perilaku hidup manusia.
Semut mengingatkan kita tentang ketekunan dan kerja keras, laba-laba tentang bahayanya sifat merusak dan licik, sementara lebah menjadi teladan kesempurnaan: bermanfaat, disiplin, dan bijaksana.
Nabi Muhammad saw. mengajarkan agar manusia meneladani lebah, sehingga hidupnya penuh manfaat dan keberkahan.
Memang menjadi minoritas yang berkualitas itu tidaklah mudah .
An nahl: 66,
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar benar terdapat pelajaran bagi kamu.





