AKU cerita lagi ya tentang senioritas. Cerita iseng-iseng bercerita. Kadang aku benci melihat kesenioritasan.
Dengan senioritas maka yang tua tetap saja bertahan dan yang muda jadi kerdil dan tidak bisa berkembang.
Sementara yang tua enggak mati-mati. Pengkaderan jadi gagal, ketika yang tua sudah meninggal maka yang muda sudah nggak moody karena diberi kesempatan ketika sudah mulai layu.
Senioritas sering aku temui di mana-mana. Enggak terucap aku ini senior tapi gayanya itu lho.
Di mana-mana ada:
1. Di tempat kerja
Merasa diri paling tahu, walaupun kata depannya dengan, “Maaf ya, bukan aku sombong…,” tapi 3 kalimat berikutnya menunjukkan senioritasnya.
“Jangan lupa ya, bla bla bla.”
“Kalau aku sih, ….”
“Yang aku tahu, …,” dan seterusnya.
Padahal yang muda siapa tahu punya cara.
2. Di pengajian
Mestilah yang senior yang memutuskan ustaznya siapa, makannya apa, dan kapan mulai kapan tidak. Sementara yang lain manut saja. Lalu sang senior penentu segalanya termasuk dresscode-nya.
3. Baru saja kutemui, walau sering terjadi. Di rumahku.
Ada khadimah baru atau ART baru. Baru setahun sih. Aku padahal bilang, “Mau nasi goreng sama telur kecap untuk anak-anak. Karena sudah ada kecapmya maka nasinya goreng mentega saja, tidak usah pakai kecap lagi.”
Berangkatlah dia ke dapur tapi sang senior segera merebut pekerjaan itu dan mengubah yang penting sehingga tidak sama dengan apa pesananku pada sang junior.
Lalu yang senior sibuk menata di atas meja sambil takut aku marahi karena yang kuminta apa yang terhidang apa. Tapi aku diam saja untuk berpikir.
Baca juga: Anak JIBBS JIGSc JISc Prestasinya Banyak
Aku Benci Melihat Kesenioritasan
Aku agak keselek sambil berpikir. Nih, kalau senioritas diteruskan di rumah ini, bisa-bisa ketika aku menyuruh yang junior dan aku ingin makan combro dikasihnya congklak gara-gara sang senior yang mengambil alih.
Senioritas. Belajarlah dari kisah Khalid bin walid dan dari kisahku. Aku pernah punya murobiyah yang baru punya bayi dan anakku sendiri sudah SMU. Hehe. Dia memanggilku Mbak dan aku manggil dia Mbak Mur.
Allah berfirman, “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekalikali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu.” (QS. Al-Isra: 37-38)
(Catatan Mam Fifi, April 2020)
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok:
https://www.tiktok.com/@mamfifi_jisc