AKU ingat 15 tahun lalu, sewa restoran tua untuk membuat sekolahan. Banyak yang menghina dibilang aku orang gila. Banyak juga yang penasaran.
Akhirnya, mamanya Galuh orang pertama yang bayar DP 5,5 juta. Lalu diikuti yang lain. Ada 77 orang dan salah satunya orang tuanya Nabila PG. Dan sekelas sama Syifa, anakku. Sekelas 16 anak.
Waktu itu, kelas baru di-display satu saja. Tembok warna ungu. Meja kursi ungu dan putih. Aku modal nekad tapi sungguh-sungguh. Yang penting jangan bohongi orang. Rezeki Allah yang atur.
Lalu semua anak harus disayang kayak anak sendiri. Semua guru diajarin dan harus terjun langsung. Mereka pakai bahasa Inggris yang modulnya aku buat sendiri.
Alhasil, Syifa masuk sekolah di Australia enggak pakai test dan tak ada kelas persamaan. Sedangkan Nabila juga diterima kerja di Washington DC sebagai wartawan (BBC VOA).
Jadi, wartawan kan juga karena bahasa Inggrisnya dari kecil di JISc.
Sementara, Syifa sekarang sudah diterima kerja di PT Bina Puri cabang J Corp Australia. Gajinya berapa? Sejam 20 dollars dan harus kerja 40 hours a week. Sisanya kuliah. Kuliah juga dapat beasiswa.
Nabila juga akan teruskan di Amerika cari program beasiswa. Anak-anak girls mandiri di negeri Barat tapi tetap pakai Jilbab dan ikut pengajian (liqo).
Memang dasar agama, thinking skills dan bahasa Inggris serta leadership skills itu bikin anak-anak ketika sudah dewasa jadi hebat-hebat dan mandiri tapi tetap beragama.
Baca Juga: 78 Anak JISc dan JIBBS Ikuti Program Student Immersion ke Australia
15 Tahun Lalu Sewa Restoran Tua untuk Sekolahan
Kemarin mereka reunian. Spending their time sehari semalam. Aku pesankan kamar hotel buat mereka ngobrol-ngobrol di dekat Time Square, New York.
Mereka tidur sekamar. Mengobrol ala gadis-gadis. Jalan-jalan sana-sini. Ke mana-mana bayar sendiri. Memang kalau keluar negeri, aku senang karena ketemu anak-anak alumni JISc/JIBBS yang mana;
1. Di Paris ada Hazhem dan Raynandi
2. Di Jerman ada Bardan dan Irfan
3. Di Inggris ada Mustafa, Icha, Lia dan Kemal
4. Di Belanda ada Jilly dan Adam
5. Di Amerika ada Arya dan Nabila
6. Di Saudi ada Sodiq
7. Di Australia ada Syifa dan Ismail (Ismail sekolah pilot di Royal Aviation Perth, satu-satunya orang Indonesia)
8. Di Malaysia ada Ibrahim dan lain-lain
9. Di Turki ada Aldo dan Egy
10. Di Japan ada Syaiful
11. Di Mesir ada Shaima dan Khaidar
Semuanya anak-anak produk kandang kebo. Ah, kalau kalian tahu, owner miskin enggak apa-apa, yang penting kaya semangat dan kaya hati.
Aku dulu miskin, mana mampu beli gedung. Satu gedung tuh 10 Milyar. Apalagi di Jakarta, tanahnya satu meter 7 sampai 14 juta. Apalagi di Kalimalang bawah jalan Tol. Beuh satu meter bisa 15 juta enggak boleh ditawar.
Lalu pelan-pelan Allah mampukan sampai sekarang berdiri juga gedung demi gedung sendiri tapi ngos-ngosan maintenance-nya. Belum IMB-nya minimal 500 juta. Uang beneran ituh.
Enggak usah sok nasihatin presiden siapa saja tetap saja IMB mahal.
Jadi wajar dulu sekolah cuma mampu bikin di restoran tua. Baru 6 bulan dah diusir sama yang punya. Meja kursi dikeluarin.
Tapi alhamdulillah Allah kasih rezeki sedikit demi sedikit. Prinsipku jangan menipu dan semua harus karena Allah. Jangan bisnis, jangan cari uang, jangan jahat sama orang.
Lalu berkembanglah gedung sekarang ada total 11 gedung di beberapa cabang tapi aku sekarang pede.
Bayangin semua anak-anak di atas. Belum Fathan di UI, Iyan di UI, Khubab di ITB, Nandya di IPB, Aufa di UI, Hany di Unpad (sudah jadi dokter 3,5 tahun).
Semuanya anak-anak yang belajar di kelas bekas restoran tua. Lalu pindah ke Curug bekas bengkel yang aku cat orange.
Lalu, ah, kelas yang sebelahnya penjara yang malingnya suka manggil-manggil, yang ada kandang kelinci. Kelas yang dindingnya gypsum aku cat warna ungu.
Kelas yang diubah dari TK jadi SD yang bapaknya Hanin tanya, “Sebetulnya kelas anak saya di mana? Besok saya mau lihat.”
Langsung deh diubah-ubah dan setelah bapaknya Hanin pulang, kelas kembali jadi ruang SD untuk dipakai beramai-ramai.
Ah, kalian tuh lahir dari pendidikan tanpa fasilitas tapi dari tangan-tangan pendidik yang berkualitas. Kalian dididik dan dibesarkan dengan hati.
Selamat untuk semua anak. Nanti kita reunian ya. Reunian anak-anak produk kandang kebo. Dulu aku sedih dan sakit hati, sekolah kecilku dibilang, “Sekolahan kayak kandang kebo!”
Tapi sekarang aku bangga pernah punya sekolah ala kandang kebo yang anak-anaknya juara di berbagai belahan dunia.
Ya kan Permata Rosalin, Nurhayani Miru, Nana Nurdiana, Jajang Badruzaman, Azure Linger, Ratna Dewi Komalasari
Dan seterusnya; Wina Nurcahya, Uma Rusma, Aup Almaududi , Asih Nugroho.
Jangan tanya anak kita sekarang tapi lihatlah mereka di masa yang akan datang. Inshaa Allah, bila yakin, “JISc ada karena Allah menghendaki.”
“Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.”
(HR. Bukhari).
(Catatan Mam Fifi, 2019)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: