Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menggelar acara sosialisasi Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.
Hadirnya acara ini diharapkan mampu memberi pengetahuan kepada para peternak di seluruh Balai Ternak BAZNAS maupun tempat lain untuk mencegah penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkiti hewan ternak.
Acara sosialisasi digelar secara daring melalui kanal YouTube BAZNAS TV, Jumat (13/5), dan dihadiri oleh peternak Balai Ternak BAZNAS di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Pendampingan Ketat di Seluruh Balai Ternak oleh BAZNAS
Pentingnya Edukasi Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak
“Hal ini menjadi sangat penting, sebagai bentuk mitigasi sehingga kita bisa mengantisipasi wabah penyakit ini. Selain itu, ini juga menjadi bentuk ikhtiar kita untuk melakukan pembinaan dan penguatan kepada para peternak di Balai Tenak sehingga dapat lebih memiliki pengetahuan dan juga keterampilan dalam mengantisipasi wabah penyakit ini,” kata Plt Direktur Pendayagunaan dan Layanan UPZ dan CSR BAZNAS RI, Eka Budhi Sulistyo dalam sambutannya, Jumat (13/5).
Eka melanjutkan, selain sosialisasi, BAZNAS juga terus memberikan pendampingan secara ketat dan berkala kepada seluruh peternak. Berbagai langkah antisipasi sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari guna menjaga kesehatan hewan ternak, terlebih jelang Hari Raya Iduladha mendatang.
“BAZNAS sigap dalam menjaga kesehatan hewan ternak, salah satu caranya adalah dengan membatasi keluar masuknya ternak maupun orang ke lokasi Balai Ternak BAZNAS dan kandang peternak rakyat; melakukan penyemprotan kandang, kendaraan, peralatan dan perlengkapan kerja dengan desinfektan yang efektif; memberikan pakan dan obat vitamin sehingga meningkatkan imunitas ternak; melakukan koordinasi dengan dinas setempat untuk mencegah timbulnya wabah,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Penyaluran UPZ dan CSR BAZNAS RI, Ajat Sudarjat menjelaskan dalam paparannya, virus penyebab penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak bisa bertahan di lingkungan selama tiga bulan atau lebih. Virus itu bisa hidup lebih lama di iklim yang sangat dingin apabila ada bahan organik atau sumber alami, dan daerah lembap yang terlindung dari sinar matahari.
“Virus ini bisa kita inaktivasi atau dimatikan pada pH di bawah 6 dan pH lebih dari 9. Jadi untuk mematikannya dengan cara diberikan bahan yang bisa membuat suasana dari inang si virus itu asam. Salah satunya bahan yang digunakan di disinfektan. Makanya pemilihan disinfektan sangat mempengaruhi,” katanya.
Selain itu, Ajat menjelaskan, virus ini bisa bertahan hidup di tulang, kelenjar, susu, produk susu lainnya.
Maka, yang harus diperhatikan peternak adalah proses penularannya. Ajat menyebut, proses penularan bisa melalui berbagai cara. “Proses masuk virus ke tubuh hewan ternak bisa melalui inhalasi, konsumsi makanan ternak, lecet kulit, selaput lendir. Bisa juga melalui aerosol pernapasan (lewat udara), kontak langsung melalui cairan vesikular,” kata Ajat.
Ajat mengimbau, para peternak dapat terus menjaga kesehatan hewan ternak guna mencegah penularan virus ini. Kewaspadaan tinggi harus diterapkan demi menjaga kualitas hewan ternak di lingkungan Balai Ternak BAZNAS. [Ln]