DOMPET dhuafa menggelar Sarasehan Tokoh Bangsa bertema Merajut Kebersamaan, Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan, pada Rabu (13/8/2025) di Sasana Budaya Rumah Kita Dompet Dhuafa, Jakarta Selatan.
Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional lintas bidang, antara lain Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA, (Ketua Umum PBNU 2010-2021), Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A (Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI), Dr. H. Rahmat Hidayat, SE., MT. (Sekjen Dewan Masjid Indonesia), Yudi Latif, Ph.D. (Aktivis dan Cendekiawan), Dr. Bambang Widjojanto (Aktivis Hukum dan Demokrasi), Ahmad Juwaini (Ketua Pengurus YDDR) dan Parni Hadi (Inisiator & Ketua Pembina YDDR).
Indonesia, meski menjadi negara paling dermawan di dunia versi Charities Aid Foundation (CAF), masih menghadapi tantangan kemiskinan. Berdasarkan data BPS (Maret 2025), tercatat 23,85 juta jiwa hidup dalam kemiskinan, termasuk 2,38 juta jiwa dalam kategori kemiskinan ekstrem.
Dompet Dhuafa Gelar Sarasehan Tokoh Bangsa, Merajut Kebersamaan, Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan
Ahmad Juwaini, Ketua Pengurus Dompet Dhuafa menyampaikan bahwa acara ini bukan sekadar forum dialog, tetapi momentum untuk menyatukan langkah para tokoh bangsa, akademisi, pelaku usaha, lembaga filantropi dan masyarakat sipil.
“Kita ingin mempertegas bahwa kemerdekaan sejati adalah saat seluruh rakyat terbebas dari belenggu kemiskinan. Melalui forum ini, kami berharap lahir komitmen bersama untuk mempercepat pengentasan kemiskinan secara sistemik dan berkelanjutan dan juga peran filantropi,” ujarnya.
Sebagai lembaga filantropi Islam yang telah berdiri lebih dari Catur Windu (32 tahun), Dompet Dhuafa memandang pentingnya sinergi lintas sektor. Data tahun 2024 menunjukkan, penghimpunan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya (ZIS-DSKL) mencapai Rp40,509 triliun secara nasional dengan pertumbuhan 25,3% dibanding tahun sebelumnya.
Ahmad menegaskan bahwa spirit nasionalisme dan kedermawanan adalah modal sosial yang besar.
“Kami mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan filantropi bukan hanya aksi sosial, tapi juga gerakan perubahan yang mengangkat martabat bangsa,” ucapnya.
“Di Indonesia terdapat lebih dari 800 ribu Masjid yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Jaringan masjid yang luas merupakan aset berharga untuk menjangkau masyarakat di berbagai daerah, baik di perkotaan maupun pedesaan. Dengan merajut kebersamaan, masjid dapat menjadi pusat peradaban, sarana meningkatkan kompetensi umat baik hard skill maupun soft skill, serta mereka menjadi berdaya dan terbebas dari kemiskinan,” Dr. H. Rahmat Hidayat, SE, MT menjelaskan dalam pemaparannya.
Sarasehan dikemas dalam format talkshow dan diskusi terbuka yang hangat namun berbobot, menampilkan refleksi kebangsaan. Acara akan ditutup dengan peluncuran buku “Catur Windu Dompet Dhuafa” dan “Senyum Nabi”, serta pernyataan sikap bersama untuk “Kemerdekaan dari Kemiskinan”.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Beberapa narasumber dalam Talking Point Diskusi Kebangsaan:
Yudi Latif, Ph. D. – Merawat Nilai-Nilai Pancasila dan Spirit Kebangsaan Bagi Generasi Muda.
Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., MA – Peran MUI dalam Transformasi Sosial dan Moderasi Beragama Menuju Indonesia Merdeka dari Kemiskinan.
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA – Peran Santri dan Pemuda dalam Pembangunan di Era Globalisasi.
Dr. H. Rahmat Hidayat, SE., MT. – Masjid sebagai Pusat Peradaban Ummat dan Perannya Dalam Meningkatkan Kompetensi Hard & Soft Skill Masyarakat.
Dr. Bambang Widjojanto – Tata kelola, Keadilan Sosial dan Reformasi Struktural untuk Mengatasi Kemiskinan. [Din]