TIM Ayo Less Waste (ALW) berkolaborasi dengan Greeneducation memberikan sekitar 50 bibit pohon sebagai kenang-kenangan kepada para perwakilan sekolah alam se-Indonesia.
Bibit tersebut merupakan bibit pohon Tabebuya dan acara berlangsung di kediaman Bu Loula Maretta, yang merupakan CoFounder konsep Sekolah Alam dan juga pendiri Green Education di bilangan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Dalam kesempatan tersebut mengajak para peserta yang berjumlah sekitar 70 orang tersebut untuk berkeliling di rumahnya yang menerapkan Closed Loop System.
Secara singkat, Closed Loop System yang diaplikasikan adalah proses pengelolaan sampah yang tidak merusak lingkungan dan tidak keluar dari area rumah. Closed Loop System tersebut sesuai dengan ISO 1401 : 2015.
Ada sekitar 59 sekolah Alam dan bukan sekolah alam yang hadir disana. Diantaranya SD Alam Bairrahman Bontang, SD 4 Muhammadiyah Pekajangan dan School of Universe.
Baca juga: Ayo Less Waste Gelar Upgrading Environmentalist di Depok
Berikan 50 Bibit Pohon, ALW Berkolaborasi Dengan Greeneducation
Sampah organik diproses di rumah Bu Loula dengan beberapa proses. Ada lubang biopori yang berfungsi diantaranya sebagai pengelolaan sampah organik, penghasil pupuk organik dan pencegahan banjir.
Selain itu, ada juga lahan untuk membuat kompos di area belakang rumah. Air pembuangan di rumah tersebut juga mengalir setelah melewati beberapa lapisan batuan yang menjadikan air limbah pembuangan tersebut terfiltrasi sebelum diserap tanah.
Rumah tersebut juga berisikan green house yang ditanami tanaman organik. Pupuk dari biopori dan area kompos mencukupi kebutuhan rumah tersebut.
Air hujan juga ditampung di rumah tersebut dan dipasang beberapa perangkat timer dan perangkat lainnya untuk dialokasikan sebagai sumber menyiram tanaman.
Sampah anorganik juga akan didaur ulang atau dijadikan bahan kreasi (reuse) ragam alat pendukung edukasi.
Para peserta juga diberikan edukasi mengenai pendidikan kontekstual yang disertai dengan ragam benda yang mendukung pembelajaran.
Tema yang dipamerkan adalah Batuan. Ragam jenis batuan, hasil dari pengolahan batuan seperti perhiasan, alat pertukangan hingga alat rumah tangga juga dipamerkan.
Asal muasal batuan dan lain sebagainya juga dijadikan bahan pendukung pembelajaran. Berbagai buku yang memang sesuai tema terkait dari dalam dan luar negeri juga dihadrikan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bu Loula menjelaskan dari tema batuan saja bisa menjadi pendidikan yang relevan dan aplikatif untuk bangku TK, SD, SMP hingga jenjang SMA. Tentu saja, skala edukasinya juga disesuaikan dengan jenjang pendidikan.
Setelah dari sesi edukasi batuan, para peserta mendapatkan sesi seminar mengenai relevansi pendidikan sekolah alam dengan pendidikan berskala internasional.
Titik temu dari dua sisi tersebut adalah SDG alias Sustainable Development Goals. Bagaimana formula, value, dan standar yang digunakan di sekolah alam bisa mendukung tercapainya Sustainable Development Goals.
Para peserta terlihat antusias menyimak sesi yang disampaikan pemateri. Sesi konsumsi juga dilengkapi dengan prinsip less waste, dimana menghindari wadah makan sekali pakai.
Setelah dari sesi tersebut, para perwakilan ragam sekolah alam se-Indonesia tersebut dipersilahkan untuk mengadopsi pohon Tabebuya.
Namun, tanaman ini telah menyebar luas ke berbagai wilayah di Indonesia dan menjadi populer dalam bidang tamanan landscape.
Para peserta terlihat senang karena terdapat juga pembatas buku berisikan informasi mengenai pohon Tabebuya di masing-masing pohon. Peserta juga dipersilahkan untuk mengambil reusable bag untuk membawa pohonnya. [Din]