MELALUI unit devisi budaya dan lingkungan Dompet Dhuafa menggelar pelatihan pembuatan eco enzyme yang kedua yang berlokasi di DMC Dompet Dhuafa, Tangerang Selatan, Banten (06/07/2022).
Sebanyak 70 peserta yang terdiri dari jejaring keluarga besar Dompet Dhuafa, instansi, mahasiswa, dan umum mengikuti pelatihan Eco Enzyme yang dipaparkan langsung tim Eco Enzyme Nusantara (EEN) Bogor Raya.
Baca Juga : Peringati HAN 2021: DMC DD Support Vaksinasi Gratis Untuk Anak-anak Panti Asuhan
Direktur Dakwah, Budaya & Pelayanan Masyarakat Dompet Dhuafa, KH. Ahmad Shonaji mengatakan hal yang mendasari diadakannya kegiatan tersebut untuk memberikan solusi atas problematika limbah sampah rumah tangga yang terus meningkat.
“Problematika sampah rumah tangga ini pasti produksinya tidak pernah berhenti. Sampah rumah tangga menumpuk dan dampaknya adalah terhadap kebersihan, tentunya aroma tidak sedap muncul, yang terjadi adalah, penumpukan sampah di bak-bak sampah, dan pada akhirnya jadi penyebaran bibit-bibit penyakit,” ujarnya.
Maka hal tersebut yang mendasari Dompet Dhuafa menggencarkan pelatihan produksi eco enzyme.
“Atas dasar ini divisi budaya dan lingkungan melihat satu potensi dan peluang untuk membuat satu pembelajaran dan edukasi terhadap model eco enzym kepada masyarakat umum untuk lebih memanfaatkan sampah organik sisa dari kulit buah dan sayuran terutama dalam rumah tangga,” tambahnya.
Aang Hudaya selaku Pimpinan Cabang Bank Eco Enzyme Nusantara Bogor Raya memaparkan, bahwa 60 % sampah yang diproduksi dari rumah tangga paling banyak didominasi oleh sampah sisa makanan yang kini banyak terbuang sia-sia.
“Dengan Eco Enzyme kita berupaya menjaga alam dengan cara memilah-milih sampah dari kulit buah dan potongan sayuran yang diproses menjadi cairan yang memiliki banyak manfaat, bahkan bisa mensubsidi berbagai keperluan rumah tangga,” ungkapnya.
Setelah menyimak materi yang diberikan, para peserta juga diajak membuat Eco Enzyme dan memanfaatkan limbah sampah organik.
Eco enzyme sendiri merupakan cairan serba guna yang dibuat dengan cara fermentasi dari kulit buah, sisa sayuran, gula merah atau molase dan air.
Proses fermentasi akan memakan waktu tiga bulan. Ketika sudah waktunya dipanen, cairan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat ataupun lingkungan.
Adapun pembuatannya dengan menaruh gula merah atau molase (1 gr), sisa buah/sayuran (3 gr), dan air (10 lt) dalam wadah seperti toples.
Lalu aduk rata. Tutup rapat, beri label tanggal pembuatan dan tanggal panen, kemudian simpan selama 3 bulan. Cara penyimpanannya pun harus terhindar dari sinar matahari langsung.
Salah satu peserta dari komunitas Eco Enzyme Nusantara, Anindita, mengaku merasakan banyak manfaat dari hasil Eco Enzym yang rutin dilakoninya sejak tahun 2018 lalu hingga saat ini.
“Kenapa saya tertarik dengan Eco Enzym karena ini merupakan salah satu cairan serba guna yang berasal dari bahan-bahan alami. Dan saya merasakan sendiri manfaatnya. Terutama yang saya rasakan rumah terasa sejuk, bisa untuk kecantikan dan kesehatan. Bahkan dengan Eco Enzym terutama ibu rumah tangga bisa memangkas biaya kebutuhan rumah tangga,” pungkasnya.
Dalam tampilan yang tertera di botol eco enzyme yang sudah jadi, tertulis bisa dimanfaatkan untuk mencuci piring (dengan takaran Eco-enzyme/EE + Sabun + Air =1 botol : 1 botol :5-10 liter), mencuci pakaian (EE+ Sabun + Air = 1 botol :500-1000 liter), mengepel lantai (EE + Air = 1-2 tutup botol : 1 ember air).
Baca Juga : Rangkaian Milad Dompet Dhuafa Ke-29 Tahun
Kemudian juga bisa untuk membersihkan kloset/kamar mandi ( EE Murni), obat kumur (EE + Air = 10mililiter : 1 gelas air), hand sanitizer (EE + Air = 1 botol :1000 mililiter), penyemprotan udara (EE + Air= 1 botol: 1000 mililiter),pupuk tanaman (EE + Air = 1:1000 mililiter), dan obat kulit, bisul, serta luka gores (EE Murni). [wmh]