ChanelMuslim.com – Fakta yang jarang dibahas adalah tentang terapis yang juga punya terapisnya sendiri. Selama masa pendidikan, agar memenuhi syarat perizinan, seorang calon terapis harus menemui terapis agar mengetahui apa yang akan dialami oleh calon pasien nanti.
Baca Juga: Cara Menyikapi Hipnoterapi
Terapis juga Punya Terapisnya Sendiri
Hal ini dituliskan oleh Lori Gottlieb dalam buku “Semua Orang Butuh Curhat”. Terapis harus belajar bagaimana caranya menerima umpan balik, menoleransi ketidaknyamanan, menyadari titik-titik buta, sampai menemukan dampak dan riwayat serta perilaku pada diri sendiri dan orang lain.
Ketika mendapat izin praktik pun, sepanjang karier juga masih perlu menemui terapis. Kita semua, termasuk terapis punya hantunya masing-masing. Besar, kecil, heboh, dan sebagainya.
Jadi, kita tidak lagi berusaha untuk membenarkan cara kita melarikan diri dari suara internal yang tidak nyaman atau mengebalkan perasaan dengan pengalihan, misal dengan terlalu banyak minum, terlalu banyak makan, atau berselancar di internet.
Salah satu langkah yang paling penting dalam terapi adalah menolong orang untuk mengambil tanggung jawab atas situasinya saat ini.
Begitu kita menyadari bahwa kita bisa dan harus membangun hidup kita sendiri, maka kita akan bebas menghasilkan perubahan.
Kemudian, apabila memang masalah berasal dari faktor eksternal atau lingkungan, mengapa kita yang harus repot-repot mengubah diri?
Memang masuk akal, tapi hidup tidak berjalan seperti itu. Dunia dijejali orang-orang yang sulit. Kita bisa menyebutkan dengan cepat lima orang yang begitu menyulitkan dan ingin dihindari.
Namun, terkadang, kita tidak menyadari bahwa orang-orang yang menyulitkan itu ternyata adalah diri sendiri.
Terkadang memang, nerakanya adalah kita. Terkadang kita sendirilah penyebab kesulitan kita. Oleh sebab itu, saat kita melangkah keluar dari cara sendiri, maka akan ada perubahan yang menakjubkan.
Pada intinya, terapi tidak terjadi secara sepihak, tetapi terjadi dalam proses paralel (Sejajar/mirip). [Cms]