BAGAIMANA trauma terjadi? Konselor Keluarga Cahyadi Takariawan menjelaskan proses terjadinya trauma, yang dapat menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan seseorang.
Ancaman tersebut terjadi secara alamiah atau karena ulah manusia seperti bencana alam, kecelakaan kapal terbang, tabrakan kereta api, kerusuhan dalam suatu pertandingan olah raga,
atau peristiwa yang mengancam keselamatan anak-anak, isteri, suami, maupun kerabat dekat.
Trauma dapat menimbulkan kepedihan dan penderitaan yang berpanjangan.
Ketika seseorang mengalami trauma karena faktor luar, maka analisis dan diagnosis proses penyembuhannya relatif lebih mudah dan cepat.
Misalnya luka bakar, kepedihan dan sakitnya secara fisik relatif mudah dirawat. Namun pengalaman luka bakar itu bisa berdampak munculnya perasaan ketakutan yang menghantui ketika melihat api.
Baca Juga: Dampak Trauma pada Anak
Proses Terjadinya Trauma
Mari kita simak tiga contoh kasus berikut ini.
Kasus Pertama
Rizal adalah seorang pemuda berusia 22 tahun yang tinggal di daerah konflik.
Dalam suatu konflik besar beberapa tahun lalu, Rizal melihat ayah dan kakak lelaki tertuanya dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya, kemudian dipertontonkan di pasar.
Saat peristiwa tersebut terjadi, ia bersembunyi.
Sejak itu, Rizal selalu dihantui mimpi buruk tentang kematian ayah dan kakaknya.
Setiap kali melewati pasar tersebut, ia selalu merasa ketakutan dan berkeringat dingin mengingati di tempat itulah dulu kepala ayah dan kakaknya dipertontonkan.
Akibatnya, Rizal selalu mengelak pasar dan berbagai pusat keramaian lain yang dapat mengingatkannya kembali akan peristiwa tersebut.
Kasus Kedua
Vienna, wanita berusia 25 tahun, datang ke psikolog karena selalu ingin bunuh diri. Saat berusia 10 tahun, ia mengalami peristiwa perkosaan yang dilakukan oleh kakak kandungnya.
Itu adalah rahasia yang disimpannya sendiri selama bertahun-tahun.
Setelah peristiwa itu terjadi, ia melarikan diri dari rumah dan tinggal bersama nenek, dengan harapan dapat melupakan peristiwa tersebut. Akan tetapi semua itu tidak dapat ia lupakan.
Vienna tidak pernah berhenti merasa kotor dan berdosa, sehingga perlu dibersihkan. Karena itu, setiap harinya ia mandi berkali-kali dan menutup diri dari pergaulan dengan dunia luar.
Setiap kali ada laki-laki yang datang bertamu ke rumah neneknya (keluarga dan kerabat yang lain) akan membuatnya histeris dan ketakutan.
Kasus Ketiga
Doddy, seorang pemuda mengalami luka parah akibat letusan bom yang menyebabkan kehilangan mata kiri sehingga terpaksa menggunakan bola mata palsu.
Sejak peristiwa bom itu, Dody selalu merasa ketakutan setiap kali mendengar suara keras. Ia juga mudah merasa terkejut.
Hal-hal kecil yang tidak disukainya dapat membuatnya marah besar. Ia tidak dapat tidur pada malam hari karena sering bermimpi buruk.
Bila sedang sendiri, ia sering merasa mengalami kilas balik peristiwa letusan yang dialaminya tersebut.
Pada suatu hari, ia ketakutan dan histeris, karena mencium bau masakan isterinya yang hangus. Ia teringat kembali dengan tubuh-tubuh korban bom yang hangus terbakar.
Ketiga kasus tersebut, merupakan contoh trauma yang dialami korban, setelah peristiwa traumatik terjadi.
Meskipun kejadiannya sudah lama, namun mereka masih mengingat dan merasakan peristiwa tersebut. Seakan-akan kejadian itu baru saja mereka alami dalam kehidupannya.
Bila hal ini terjadi berkepanjangan, maka secara fisik dan mental akan merubah perilaku seseorang. Untuk itu harus ada penanganan yang serius dan berterusan dalam rangka pemulihan trauma.[ind]