PERBEDAAN kusta basah dan kusta kering yang perlu kamu ketahui. Beberapa waktu terakhir, kasus kusta kembali mencuat di Indonesia.
Data Kementerian Kesehatan mencatat 14.376 kasus baru pada 2023, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus kusta tertinggi ketiga di dunia, setelah India dan Brasil.
Dinas Kesehatan Lebak, Banten, baru saja mengonfirmasi adanya 52 pasien kusta sepanjang 2024. Disusul di wilayah Pamekasan, Jawa Timur, juga ada 17 pasien kusta baru-baru ini.
Kusta, atau penyakit Hansen, adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan atas.
Baca juga: Kenali Apa itu Kusta dan Beberapa Penyebab Utamanya
Perbedaan Kusta Basah dan Kusta Kering
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan kusta menjadi dua jenis utama berdasarkan jumlah lesi kulit dan keberadaan bakteri: kusta paucibacillary (PB) dan kusta multibacillary (MB).
Kusta kering (paucibacillary)
Jumlah lesi kulit: 1 hingga 5 lesi.
Hasil pemeriksaan bakteri: Negatif pada pemeriksaan apusan kulit.
Gejala umum: Lesi kulit yang mati rasa, tanpa keterlibatan saraf yang luas.
Penularan: Risiko penularan rendah karena jumlah bakteri yang sedikit.
Kusta basah (multibacillary)
Jumlah lesi kulit: Lebih dari 5 lesi.
Hasil pemeriksaan bakteri: Positif pada pemeriksaan apusan kulit.
Gejala umum: Lesi kulit yang luas, mati rasa, dan sering disertai pembesaran saraf tepi.
Penularan: Risiko penularan lebih tinggi karena jumlah bakteri yang banyak.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Meskipun kusta dapat disembuhkan, pencegahan tetap menjadi langkah penting. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
Deteksi dini dan pengobatan segera:
Segera periksa ke fasilitas kesehatan jika menemukan bercak kulit mati rasa atau gejala mencurigakan lainnya.
Pemeriksaan kontak serumah:
Anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan pasien kusta sebaiknya menjalani pemeriksaan rutin untuk mendeteksi gejala awal.
Edukasi dan pengurangan stigma:
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kusta dapat mengurangi stigma dan mendorong penderita untuk mencari pengobatan lebih awal. [Din]