• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Kamis, 30 November, 2023
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Healthy

Mengenal Hoarding Disorder, Gangguan Mental dari Kebiasaan Menyimpan Barang

Mei 1, 2023
in Healthy, Unggulan
Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Produk Sekali Pakai ke Ramah Lingkungan

foto: pixabay

70
SHARES
542
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

VIDEO viral akhir-akhir ini memperlihatkan gangguan mental hoarding disorder yaitu kebiasaan menyimpan barang yang buruk bahkan dapat mengancam jiwa penderitanya.

Pasalnya, penderita gangguan mental ini merasa dirinya nyaman dengan barang-barang yang tidak terpakai itu atau kesulitan berpisah dengan barang-barang tersebut, bahkan yang sudah menjadi sampah.

Hoarding disorder adalah kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan harta benda karena kebutuhan yang dirasakan untuk menyelamatkan benda-benda tersebut.

Pengidap gangguan ini mengalami kesulitan untuk menyingkirkan barang-barang tersebut.

Dikutip dari halodoc, Hoarding disorder kerap kali membuat kondisi rumah sempit, karena penuh terisi barang-barang tak perlu.

Dalam beberapa kondisi, kondisi ini tidak berdampak pada kehidupan sehari-hari, namun bisa jadi memengaruhi fungsi kehidupan.

Baca Juga: Mengenal Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Mengenal Hoarding Disorder, Gangguan Mental dari Kebiasaan Menyimpan Barang

Selain itu, pengidapnya kerap tidak merasa kalau yang dialaminya sebagai gangguan. Inilah yang membuat pengobatan ataupun penanganan menjadi sulit untuk dilakukan.

Penyebab

Tidak jelas apa yang menyebabkan hoarding disorder. Bisa jadi kondisi genetik, gangguan fungsi otak, atau peristiwa kehidupan yang penuh tekanan menjadi penyebab kondisi ini.

Faktor Risiko

Hoarding disorder bisa dimulai sekitar usia 11-15 tahun, dan cenderung memburuk seiring bertambahnya usia. Ada beberapa faktor yang memicu risiko hoarding disorder, yaitu:

Kepribadian

Banyak orang yang memiliki gangguan ini memiliki temperamen ragu-ragu atau plin-plan.

Sejarah Keluarga

Kondisi ini bisa terjadi atau menurun dalam keluarga. Jadi, jika kamu memiliki orang tua memiliki gangguan ini, kamu atau saudara kandungmu juga mungkin mengalaminya.

Stres dalam Kehidupan

Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dapat menyebabkan seseorang mengidap gangguan ini.

Beberapa orang dengan hoarding disorder mengalami gangguan penimbunan setelah mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan yang sulit mereka atasi.

Seperti akibat kematian orang yang dicintai, perceraian, penggusuran, atau kehilangan harta benda akibat kebakaran.

Gejala

Hoarding disorder biasanya ditandai dengan kebiasaan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan.

Menumpuk barang secara bertahap di ruangan rumah dan pada akhirnya kesulitan membuang barang-barang tersebut karena merasa sayang.

Lalu kemudian, seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan ini akan sulit meninggalkan kebiasaan penimbunan tersebut. Pada usia paruh baya, gejalanya sering parah dan mungkin lebih sulit diobati.

Gejala gangguan ini berkembang dari waktu ke waktu dan cenderung menjadi perilaku pribadi. Seringkali, kekacauan yang signifikan berkembang pada saat kondisi tersebut terpantau oleh orang lain.

Selain itu, gejala lain hoarding disorder adalah:

Menyimpan barang-barang yang tidak dibutuhkan secara berlebihan sampai pengidapnya tidak memiliki ruang lagi di rumahnya.

Kesulitan untuk berpisah dengan barang-barangnya.

Merasa perlu untuk menyimpan barang-barangnya dan merasa kesal dengan pemikiran untuk membuang barang-barang tersebut.

Mengalami kekacauan di mana tidak ada lagi ruang untuk menyimpan barang-barang.

Memiliki kecenderungan keragu-raguan akan suatu hal, perfeksionisme, penghindaran, penundaan, dan masalah dengan perencanaan dan pengorganisasian.

Mengalami konflik dengan orang lain yang mencoba mengurangi atau menghilangkan kekacauan dari rumah.

Merasa aman ketika dikelilingi oleh barang-barang timbunan tersebut.

Diagnosis

Orang dengan gangguan ini sering kali tidak mencari pengobatan, melainkan karena masalah lain seperti depresi ataupun gangguan kecemasan.

Untuk membantu diagnosisnya, seorang profesional kesehatan mental akan melakukan evaluasi psikologis.

Selain pertanyaan tentang kesejahteraan emosional, kamu mungkin akan ditanya juga tentang kebiasaan memperoleh dan menyimpan barang, yang mengarah ke diskusi tentang penimbunan.

Profesional kesehatan mental juga mungkin meminta izin berbicara dengan kerabat dan teman, serta melihat gambaran rumah atau ruangan tempat kamu menyimpan barang-barang tersebut.

Kamu juga mungkin akan ditanyai untuk mengetahui apakah kamu memiliki gejala gangguan kesehatan mental lainnya atau tidak.

Untuk diagnosis medis, profesional kesehatan mental akan menggunakan kriteria untuk gangguan hoarding disorder yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.

Pengobatan

Pengobatan gangguan penimbunan dapat menjadi tantangan karena banyak orang tidak menyadari dampak negatif dari penimbunan barang pada kehidupan mereka.

Mereka juga tidak percaya bahwa mereka membutuhkan pengobatan.

Perawatan utama untuk gangguan ini adalah terapi perilaku kognitif. Obat-obatan dapat diberikan sebagai pengobatan tambahan jika pengidapnya juga mengalami kecemasan ataupun depresi.

Psikoterapi, juga disebut terapi bicara, adalah pengobatan utama. Terapi perilaku kognitif adalah bentuk psikoterapi yang paling umum digunakan untuk mengobati gangguan hoarding disorder.

Cobalah untuk menemukan terapis atau profesional kesehatan mental lainnya yang pernah mengobati gangguan penimbunan ini.

Sebagai bagian dari terapi perilaku kognitif, pengidap hoarding disorder dapat melakukan beberapa hal, seperti:

Belajar mengidentifikasi dan menantang pemikiran dan keyakinan yang terkait dengan memperoleh dan menyimpan barang.

Belajarlah untuk menahan keinginan untuk menyimpan lebih banyak barang.

Belajarlah untuk mengatur dan mengkategorikan harta benda untuk membantu memutuskan mana yang harus dibuang.

Tingkatkan keterampilan pengambilan keputusan dan sistem koping.

Rapikan rumah secara rutin.

Belajarlah untuk mengurangi isolasi dan meningkatkan keterlibatan sosial dengan kegiatan yang lebih bermakna.

Pelajari cara untuk meningkatkan motivasi untuk perubahan.

Hadiri terapi keluarga atau kelompok.

Lakukan kunjungan berkala atau perawatan berkelanjutan untuk membantu mempertahankan kebiasaan sehat.

Baca Juga: Anxiety Disorder, Antara Harapan dan Kenyataan

Komplikasi

Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi pada masalah relasi, aktivitas sosial, pekerjaan, dan area penting lainnya.

Konsekuensi potensial dari hoarding disorder akan berdampak pada masalah kesehatan dan keselamatan, seperti bahaya kebakaran, bahaya tersandung, dan masalah kebersihan.

Pencegahan

Sayangnya, masih sangat sedikit pemahaman mengenai penyebab kondisi ini sehingga membuatnya sulit dicegah.

Namun, seperti banyak kondisi kesehatan mental, mendapatkan perawatan ketika ada gejala awal dapat membantu mencegah penimbunan menjadi lebih buruk.[ind]

 

Tags: Gangguan Mental dari Kebiasaan Menyimpan BarangMengenal Hoarding Disorder
Previous Post

Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Indonesia dengan Gerakan

Next Post

Idul Fitri di Trafalgar Square: Peristiwa Berkesan Seumur Hidup

Next Post
Idul Fitri di Trafalgar Square: Peristiwa Berkesan Seumur Hidup

Idul Fitri di Trafalgar Square: Peristiwa Berkesan Seumur Hidup

Manfaat Gliserin Sebagai Pembersih Kulit Wajah

Manfaat Gliserin Sebagai Pembersih Kulit Wajah

Yang Mulia itu Yang Paling Takwa

Kiat Mengajak Anak Kecil ke Masjid

TERPOPULER

  • SMAS Jakarta Islamic School Sekolah Islam Internasional Pertama di Indonesia Raih Peringkat Terbaik UTBK di Jakarta Timur

    SMAS Jakarta Islamic School Sekolah Islam Internasional Pertama di Indonesia Raih Peringkat Terbaik UTBK di Jakarta Timur

    541 shares
    Share 216 Tweet 135
  • 4 Macam Mad Lazim, Berikut Ini Pengertian dan Contohnya

    2835 shares
    Share 1134 Tweet 709
  • Menyapu di Malam Hari Menurut Islam, Benarkah Sebabkan Kemiskinan?

    649 shares
    Share 260 Tweet 162
  • Hukum Membakar Pakaian Bekas

    6435 shares
    Share 2574 Tweet 1609
  • Kenalan sama Bahan Shakila Premium yang Lagi Naik Daun Yuk!

    35725 shares
    Share 14290 Tweet 8931
  • 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan

    3841 shares
    Share 1536 Tweet 960
  • 33 Pertanyaan yang Harus Ditanyakan Setiap Gadis Saat Taaruf

    10175 shares
    Share 4070 Tweet 2544
  • Ulama Yahudi yang Mengajukan 3 Pertanyaan kepada Rasulullah

    931 shares
    Share 372 Tweet 233
  • Bercerai, Ini Hukum Mantan Mertua dalam Islam

    2273 shares
    Share 909 Tweet 568
  • Terjemahan Hadits Arbain Pertama Lengkap dengan Huruf Latin

    3262 shares
    Share 1305 Tweet 816
Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga