MENGAPA 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sangat spesial? Hari ini, banyak pesan yang diunggah di media sosial tentang pentingnya 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah.
Para ulama mengarahkan kita untuk meningkatkan amal ibadah kita di hari-hari ini.
Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa 10 hari ini harus menjadi perhatian? Bagaimanapun, ini bukan hari-hari Ramadan.
Tahukah kamu? Sepuluh hari ini sebanding dengan, atau bahkan lebih baik daripada Ramadan. Hal ini mungkin tidak diketahui banyak orang.
Baca Juga: Dzulhijjah Salah satu Bulan Haram dalam Islam
7 Alasan Mengapa 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah Sangat Spesial
Para ulama membandingkan 10 hari pertama Dzulhijjah dengan 10 hari terakhir Ramadan; mereka mencoba menentukan mana dari dua periode ini yang lebih baik berdasarkan teks-teks Quran dan Hadits.
Beberapa cendekiawan percaya bahwa sementara waktu malam selama bulan Ramadan lebih baik daripada malam hari dzulhijjah, siang hari dari hari-hari Dzulhijah lebih baik daripada siang hari Ramadhan.
Berikut adalah 7 alasan mengapa 10 hari pertama Dzulhijjah ini begitu istimewa:
1) Hari Terbaik yang Pernah Ada
Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari Jabir radhiyallaahu ‘anhuma
“Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 bulan Al Adh-ha (bulan Dzulhijjah –pen), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adh-ha.
(HR. Ahmad, An-Nasaa’i, hadits ini dinilai shahih oleh Al-Haakim dan penilaiannya disepakati oleh Adz-Dzahabi)
Dalam hadits lain, Nabi juga mengatakan:
“Tidak ada hari yang lebih baik untuk Allah daripada 10 hari pertama Dzulhijah” (Disahkan oleh Al-Albani)
2) Waktu Terbaik untuk Amal Ibadah
“Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Dzulhijjah –pen).” Para sahabat bertanya: “Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah ?”
Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid –pen).” (HR. Al Bukhari)
3) Allah Bersumpah Demi 10 Hari ini di dalam Quran
Di dalam bulan Dzulhijjah ada hari-hari yang dipilih oleh Allah sebagai hari-hari terbaik sepanjang tahun. Allah berfirman:
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (Qs. Al Fajr: 1-2)
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan 10 malam yang dimaksud oleh Allah dalam ayat tersebut. Penafsiran para ulama ahli tafsir mengerucut kepada 3 pendapat:
Yang pertama: 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Yang kedua: 10 malam terakhir bulan Ramadan.
Yang ketiga: 10 hari pertama bulan Muharram.
Yang rajih (kuat) adalah pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan atas 2 hal sebagai berikut:
Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari Jabir radhiyallaahu ‘anhuma:
“Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 bulan Al Adh-ha (bulan Dzulhijjah –pen), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adh-ha.
(HR. Ahmad, An-Nasaa’i, hadits ini dinilai shahih oleh Al-Haakim dan penilaiannya disepakati oleh Adz-Dzahabi)
4) Islam disempurnakan oleh Allah pada bulan Dzulhijjah
Allah berfirman:
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku telah meridhai Islam itu agama bagi kalian.” (Qs. Al Maidah: 3)
Para ulama sepakat bahwa ayat itu turun di bulan Dzulhijjah saat haji wada’di hari Arafah.
Hal ini berdasarkan atsar dari Umar bin Al Khaththaab radhiyallaahi ‘anhu, bahwasanya seorang ulama Yahudi berkata kepada Umar,
“Wahai Amiirul Mu’miniin, tahukah engkau satu ayat dalam kitab suci kalian yang kalian baca, yang jika seandainya ayat itu turun kepada kami maka kami akan jadikan hari turunnya ayat tersebut sebagai hari raya.”
Umar berkata, “Ayat apakah itu?” Yahudi itu membacakan ayat tersebut, “Al yauma akmaltu lakum….”
Umar pun berkata, “Sungguh kami telah mengetahui di mana dan kapan ayat itu turun. Ayat itu turun pada saat Nabi sedang berada di padang Arafah di hari Jumat.” (HR. Al Bukhari)
5) Puasa Arafah adalah Keistimewaan bagi Umat Islam
Di dalam bulan Dzulhijjah ada sebuah hari yang sangat agung, yaitu hari Arafah. Pada hari tersebut disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan haji untuk melakukan puasa.
Puasa Arafah dapat menggugurkan dosa-dosa selama dua tahun. Pahala puasa Arafah (9 Dzulhijjah) lebih afdhal daripada pahala puasa Asyura (10 Al Muharram).
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. An Nasaa’i)
Puasa Arafah termasuk keistimewaan ummat Islam, berbeda halnya dengan puasa Asyura.
Oleh karena berkahnya Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Allah melipatgandakan penghapusan dosa dalam puasa Arafah dua kali lipat lebih besar daripada puasa Asyura. Walillaahil hamd.
6) Darah-darah hewan kurban ditumpahkan terbanyak di bulan Dzulhijjah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik pelaksanaan haji adalah yang paling banyak bertalbiyah dan yang paling banyak ber-hadyu (menyembelih hewan sebagai hadiah untuk fuqara’ Makkah -pen).”
(HR. Abu Ya’la, An Nasaa’i, Al Haakim, dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albaani menilai hadis ini hasan)
Bulan Dzulhijjah selain sebagai bulan haji juga disebut sebagai bulan kurban karena banyaknya hewan kurban yang disembelih pada bulan tersebut.
7) Dzulhijjah adalah bulan muktamar umat Islam tingkat dunia
Di hari Arafah, umat Islam yang datang dari seluruh penjuru dunia untuk melaksanakan haji berkumpul di padang Arafah, demi melakukan prosesi puncak pelaksanaan manasik haji, yaitu wukuf di Arafah.
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Haji itu (wukuf –pen) di Arafah.” (HR. Al Jama’ah)
Jadi, inilah kesempatan lain untuk lebih dekat dengan Allah dan mengisi ulang kerohanian kita.
Jangan lewatkan kesempatan luar biasa ini. Tidak ada yang dijamin untuk hidup sampai Ramadan atau Dzulhijjah berikutnya. [My/ind]