oleh: dr. Gamal Albinsaid, M.Biomed
ChanelMuslim.com – Peningkatan Stres Selama Pandemi. Data dari The Lancet Commission on Global Mental Health and Sustainable Development menunjukkan bahwa banyak orang yang dulu berhasil mengatasi stres, sekarang kurang mampu mengatasinya karena berbagai stresor yang ditimbulkan oleh pandemi. WHO juga menyatakan bahwa jumlah dan tingkat keparahan penyakit mental kemungkinan meningkat selama pandemi. Semua ini bisa dimengerti mengingat banyaknya ketidakpastian yang dihadapi orang-orang dan tekanan yang dihadapi jauh lebih berat, lebih banyak, dan lebih lama.
Menurut UN, kelompok-kelompok yang beresiko tinggi di antaranya adalah tenaga kesehatan garda terdepan, orang yang berusia tua, orang yang sudah memiliki gangguan mental, orang yang terjebak pada konflik dan krisis, serta remaja dan pemuda. Hal itu sesuai dengan beberapa hasil penelitian. Dari sebuah survei di Kanada, 47% dari pekerja tenaga kesehatan melaporkan membutuhkan dukungan psikologis. Di Kanada, satu laporan menunjukkan bahwa 20% orang berusia 15 sampai 49 tahun telah meningkatkan konsumsi alkohol selama pandemi. Survei lain juga menunjukkan terjadi peningkatan distress dari 35% populasi di Cina, 60% populasi di Iran, dan 45% di Amerika Serikat. Isolasi sosial, aktivitas fisik yang berkurang, dan penurunan stimulasi intelektual meningkatkan resiko penurunan kognitif dan demensia pada orang lanjut tua.
Penyebab Peningkatan Stres
Pada umumnya, pasien psikiatri memiliki masalah mereka sendiri yang khusus dan berbeda dengan yang lain. COVID-19 adalah situasi yang sangat unik, karena ini mempengaruhi kita semua karena satu alasan yang sama dan sangat spesifik. COVID-19 adalah stresor baru yang mempengaruhi semua orang, semua ras, semua negara, semua kelas sosial ekonomi. Anda tidak sendiri. Banyak orang juga merasa lebih kesepian, terisolasi, dan cemas.
Lalu apa penyebab stres akibat pandemi ini? Peningkatan tekanan dan kegelisahan terus menerus terjadi akibat ketidakpastian, berbagai perubahan selama pandemi COVID-19, dan gangguan yang dihadapi. Berdasarkan data dari Starlingminds terdapat tiga kontributor utama kecemasan dan stres yang dirasakan orang, antara lain:
1. Tingkat ketidakpastian yang tinggi (misalnya informasi yang berlebihan, penurunan ekonomi, dan potensi resesi)
2. Peristiwa yang mengubah hidup (misalnya PHK, keuangan),
3. Gangguan besar pada pekerjaan dan kehidupan pribadi (misalnya dukungan perawatan anak, kerja jarak jauh)
Pertama adalah akibat ketidakpastian. Krisis penyakit mental meningkat ketika orang-orang dikelilingi oleh ketakutan atas penularan, kematian massal di berbagai wilayah, tekanan ekonomi, dan kegelisahan oleh pandemi. Kedua adalah peristiwa yang mengubah hidup, seperti kekhawatiran finansial, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya. Ketiga adalah gangguan besar pada pekerjaan dan kehidupan pribadi, misalnya berhadapan dengan penyakit dan social distancing yang mengakibatkan banyak orang harus mengisolasi diri. Banyak dari orang mengalami stres karena mengasingkan diri di rumah. Ada juga yang mengalami meretaknya hubungan, dan lain sebagainya. Berbagai hal tersebut mengakibatkan tekanan psikologis.
Hal tersebut sesuai dengan survei yang dilakukan oleh Starlingminds,. Ketika ditanya “Seberapa besar COVID-19 mempengaruhi hidup Anda?”, 79% mengatakan banyak atau agak banyak, 18% agak, dan 3% mengatakan sedikit atau tidak sama sekali. Lalu, ketika ditanya faktor apa yang berkontribusi pada peningkatan kegelisahan dan dan kecemasan, 14,75% menghadapi isolasi, 12,8% khawatir dengan kesehatan orang tua, 11,3% khawatir dengan kesehatan sendiri, 10,75% status pekerjaan dan/atau beban kerja, 8% keuangan, 3,58% kesehatan anak dan perawatan anak, 38,75% semua di atas.
Cara Mengatasi Stres
Selama pandemi ini, setiap individu akan mengalami beberapa tahapan atau fase psikologis. Mulai dari tahap gangguan, tahap kebingungan dan ketidakpastian, dan hingga akhirnya tahap penerimaan. Lalu, bagaimana cara terbaik untuk mengelola kecemasan dan kekhawatiran Anda selama COVID-19? Pertama, pahami bagaimana ketidakpastian, perubahan, dan gangguan dalam hidup Anda meningkatkan stres dan kecemasan Anda. Kedua, tetapkan batas yang sehat untuk mengelola arus informasi COVID-19. Ketiga, buat tujuan realistis untuk menjaga hidup Anda di jalur yang tepat selama pandemi ini. Keempat, pelajari tentang strategi dan alat untuk mengelola pikiran cemas dan khawatir terkait COVID-19. Kelima, terhubung dengan komunitas online yang suportif dan rahasia untuk dukungan yang berkelanjutan.
Selain 5 hal di atas, beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi stres akibat pandemi di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Pelajari strategi alternatif yang bisa Anda lakukan dalam mengatasi stres,
2. Batasi waktu Anda menonton berita,
3. Tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan tetangga,
4. Temukan cara untuk melayani dan membantu orang lain,
5. Carilah hal positif dalam situasi saat ini,
6. Cari bantuan profesional bila perlu.
Mindfulness atau berkesadaran adalah kekuatan yang membantu kita menavigasi The Next Normal. Mindfulness adalah keadaan mental yang dicapai dengan memusatkan kesadaran seseorang pada saat sekarang, sementara dengan tenang mengakui dan menerima perasaan, pikiran, dan sensasi tubuh seseorang, digunakan sebagai teknik terapi.
Banyaknya pengabaian dan kurangnya investasi untuk mengatasi kebutuhan kesehatan mental telah dimunculkan oleh pandemi COVID-19. Oleh karena itu, pemerintah harus meletakkanya di pusat dan depan dalam upaya penanganannya. Di sisi lain, perusahaan dan organisasi sekarang memberikan perhatian lebih untuk melindungi kesehatan mental, kesejahteraan karyawan mereka, dan mempersiapkan mereka untuk The Next Normal. Kita membutuhkan strategi kesadaran mental yang membantu diri, keluarga, dan organisasi menuju The Next Normal. Strategi-strategi ini harus fokus pada pengurangan stres dan kecemasn.
Peran Teknologi dalam Menyelesaikan Masalah Mental
Dampak buruk lain dari COVID-19 yang akan kita hadapi di antaranya adalah perasaan kesepian yang berdapak pada produktivitas individu. Tantangan adalah bagaimana kita mampu menjaga peran sosial kemasyarakatan atau community support tetap hadir selama pandemi COVID-19. Dalam hal ini, teknologi virtual atau augmented reality akan bisa sangat membantu.
Kebutuhan akan layanan kesehatan mental juga meningkat di masyarakat, di antaranya eMindful. Penyedia program kesadaran mental virtual langsung mengalami pertumbuhan cepat sejak wabah COVID-19. Pendaftaran baru meningkat 600% dengan keterlibatan dalam solusi meningkat 212% dari periode yang sama tahun lalu. Oleh karena itu, saya yakin ke depan dibutuhkan berbagai layanan kesehatan mental jarak jauh dengan penggunaan teknologi digital untuk mengatasi berbagai masalah di atas.[ind]