BERGERAKLAH, jangan diam saat menghadapi masalah. Seorang pembaca menanyakan terkait tulisan yang berjudul “Bagaimana agar setan tidak menggoda manusia?”.
Berarti kalau ada masalah, terkesannya kita pasrah saja gitu ya, atau bagaimana penjelasannya?
Randy Insyaha dari Rumah Pintar Aisha menjawab, pertama, kita perlu memahami arti pasrah dengan putus asa. Apa bedanya? Bedanya ada pada sandaran.
Orang yang berpasrah diri kepada Allah berarti ia bergantung, bersandar dan yakin Allah pasti akan membantunya.
Sedangkan orang yang putus asa, ia tidak memiliki sandaran termasuk juga tidak memiliki keyakinan bahwa Allah akan menolongnya.
Berpasrah diri kepada Allah tidak sama dengan berdiam diri tetapi harus berikhtiar, baik ikhtiar langit, ikhtiar bumi atau kombinasi keduanya.
Mari kita belajar dari kisah Bunda Hajar dan bayinya Nabi Ismail. Bunda Hajar, saat ditinggal suaminya Nabi Ibrahim, Bunda Hajar berkata “Ibrahim kenapa engkau tinggalkan kami”, Nabi Ibrahim tetap melangkah tidak menjawab pertanyaan Bunda Hajar.
Karena tidak mendapatkan respon yang wajar, Bunda Hajar kembali bertanya “Ibrahim, apakah semua ini perintah Allah”. Nabi Ibrahim menjawab “Ya”.
Lalu perhatikan apa yang dikatakan Bunda Hajar “Jika demikian, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami”. Kalimat inilah sebagai bukti kepasrahan Bunda Hajar atas ketentuan Allah kepadanya.
Kalimat ini pula yang menunjukkan keyakinan Bunda Hajar bahwa Allah pasti akan menolongnya. Bunda Hajar, yakin 100% bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan dirinya dan Nabi Ismail.
Bergeraklah, Jangan Diam saat Menghadapi Masalah
Coba deh, bisa enggak kita mempunyai keyakinan seperti ini. Coba kalau apa yang dialami Bunda Hajar dan anak yang masih bayi itu, kita yang mengalaminya.
Kita berdua saja dengan seorang bayi mungil yang baru beberapa bulan lahir, tinggal sendirian di tengah padang pasir yang tandus tanpa pohon, tanpa air, tanpa makanan, tanpa penghuni.
Enggak ada satupun yang akan berpikir mereka yang tinggal di tengah padang pasir itu akan selamat. Tapi tidak bagi Bunda Hajar.
Ia pasrah kepada Allah, ia yakin Allah pasti akan menolongnya, meskipun pada saat itu tidak masuk akal, jika ada orang yang bisa bertahan hidup.
Bunda Hajar, meskipun yakin 100% bukan berarti ia duduk santai-santai di atas pasir sambil menunggu keajaiban datang.
Ternyata tidak, Bunda Hajar berikhtiar. Bunda Hajar berlari mencari air dari bukit shofa ke bukit marwah sebanyak 7 kali, itu adalah bukti ikhtiar.
Meskipun apa yang dilakukan Bunda Hajar sia-sia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, namun bagi Allah sudah cukup atas keyakinan dan ikhtiar Bunda Hajar sehingga Allah menurunkan kejaiban berupa air zam-zam.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Rad: 11)
Jika kita sudah berusaha dan sudah juga berdoa tetapi apa yang kita harapkan juga belum terwujud maka sikap kita adalah memasrahkan hasilnya kepada Allah bukan putus asa.
Kita harus meneladani Nabi Yaqub seperti yang tercantum di ayat ini. “Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Yusuf : 86).
“Aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Ghafir: 44)
Jadi, saat kita sudah berikhtiar dan berdoa, yang kita lakukan selanjutnya adalah memasrahkan hasilnya kepada Allah dan yakin Allah pasti akan menolongnya bukan putus asa.
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaq: 3)
Saat kita sedang pasrah kepada Allah, dawamkan juga doa ini.
Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi wa la haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhim.
Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.
Ingat berpasrah diri bukan berarti diam dan tidak melakukan apapun atau enggan untuk berdoa meminta kepadanya. “Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakkal.” (HR. At-Tirmidzi).
Pasrah bukan berarti diam atau tidak melakukan apapun. Saat besok ujian tapi tidak belajar bukan seperti itu arti kepasrahan.
Belajarlah dengan sebaik-baiknya, berdoalah dengan doa yang terbaik lalu pasrahkan hasilnya kepada Allah. Saat kita berada pada kondisi titik nadir lalu kita pasrah kepada Allah, nanti ada keajaiban.
Keajaiban itu biasanya datang di detik-detik terakhir. Ada solusi yang Allah datangkan yang kita sendiri tidak menyangka dan tidak terbayangkan.[ind]