MAJELIS Kesehatan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKM UMJ) dan platform edukasi Nutrisi Keluarga menggelar seminar bertajuk “Anemia Defisiensi Besi (ADB) Bahayakan Masa Depan Anak Indonesia”, Jumat (16/5), sebagai upaya memperkuat literasi masyarakat mengenai bahaya kekurangan zat besi pada anak dan remaja.
Berdasarkan data SEANUTS II 2024, 1 dari 3 balita di Indonesia berisiko kekurangan zat besi, dengan konsumsi rata-rata baru mencapai 65,8% dari kebutuhan harian. Kekurangan zat besi dapat berdampak pada pertumbuhan, konsentrasi, dan kecerdasan anak.
Dalam pemaparannya, dr. T.B. Rachmat Sentika, SpA, MARS, spesialis anak dan pemerhati tumbuh kembang, menekankan pentingnya pemenuhan zat besi sejak usia dini.
“Bayi dan balita dalam 1.000 hari pertama kehidupan adalah kelompok prioritas untuk pemenuhan zat besi dan protein. Kalau tidak cukup, bisa terjadi stunting. Padahal, zat besi itu inti dari ATP, sumber energi sel. Tanpa zat besi, tidak ada ATP, tidak ada energi, dan kualitas hidup anak bisa terhambat,” jelas dr. Rachmat di Aula FKM UMJ, Tangerang Selatan.
Baca juga: Alasan Mengapa Ibu Hamil Berisiko Terkena Anemia
Anemia Defisiensi Besi (ADB) Bahayakan Masa Depan Anak Indonesia
Ia juga menyebut bahwa tablet Fero Fumarat dapat diberikan dalam bentuk tetes untuk balita, dan harus menjadi bagian dari fortifikasi makanan anak-anak.
“Edukasi masyarakat harus jadi langkah utama. Ini bukan sekadar promosi kesehatan, tetapi menyelamatkan masa depan generasi. Kita harus bicara tentang pencegahan, deteksi dini, sampai rehabilitasi. Jangan hanya fokus pada kalori dan karbohidrat, tapi pastikan asupan mikronutrien terpenuhi,” tambahnya.
Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 140 peserta secara langsung di FKM UMJ dan 300 peserta secara daring dari seluruh Indonesia. Acara ini menghadirkan juga narasumber dari Kementerian Kesehatan, dr. Pitut Aprilia Savitri (Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah), dan dr. Luana Lidwina (Spesialis Gizi Klinik).
Dengan semangat kolaboratif dan edukatif, kegiatan ini diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran publik dan mendorong kebijakan yang lebih kuat dalam mengatasi anemia defisiensi besi, sebagai langkah menuju Indonesia Emas 2045.[ind]