ChanelMuslim.com- Mengizinkan anak ikut pembelajaran tatap muka atau PTM memang ngeri-ngeri sedap. Terlebih karena anak masih di tingkat TK atau SD. Selain karena belum vaksin, anak-anak pun belum memahami apa itu covid dan pandemi.
Karena itu, perlu ada kepiawaian orang tua mengkondisikan anak agar bisa sehat dan lancar mengikuti PTM. Tips berikut ini boleh jadi bisa menjadi masukan. Antara lain.
Satu. Kondisikan anak untuk tertarik dan semangat melakukan sarapan. Jadi, bukan hanya memaksa anak untuk sarapan. Tapi, mengelola sedemikian rupa agar anak tertarik untuk sarapan.
Yang dikelola mulai dari penyajian sarapan yang menarik, hingga suasana saat sarapan. Dua hal ini akan menjadi anak sangat menyukai sarapan.
Tentu ini tidak gampang. Butuh ketekunan dan kesabaran dari orang tua, khususnya ibu. Caranya, pilih menu sarapan siap saji yang sangat disukai anak-anak. Kemudian, bangunkan anak lebih pagi agar sarapan dilakukan tidak terburu-buru.
Dua. Jangan bawa bekal dan jangan dikasih uang jajan. Cara ini memang terkesan agak menyiksa anak. Tapi, inilah cara paling aman agar anak tidak membuka masker, atau berbagi makanan dengan teman-temannya.
Lebih parah lagi jika anak merasa perlu untuk jajan di jalan. Hal ini muncul karena di kantongnya ada uang dari orang tua. Selain kualitas jajanan yang belum tentu baik dan sehat, hal ini akan menjadikan anak melepas masker, ngobrol dengan orang yang tidak dikenal, dan lainnya.
Dengan durasi jam sekolah yang masih terbatas atau tidak lama, tidak membawa bekal makanan dan uang jajan, dirasa masih pantas dan layak diterima anak.
Boleh-boleh saja, uang jajan mereka disampaikan akan ditabung orang tua, suatu saat akan diberikan. Sepekan atau sebulan. Hal ini sebagai daya tarik anak untuk disiplin dengan aturan orang tua.
Tiga. Lakukan antar jemput. Antar jemput bisa dibilang sebagai cara paling pasti untuk memastikan anak tidak keluyuran, mampir sana dan sini ketika ke sekolah. Khususnya, saat mereka pulang dari sekolah.
Meskipun, jarak rumah dengan sekolah dirasa sangat dekat. Hal itu hanya masalah teknis antar jemputnya. Karena dekat, mungkin antar jemput tidak dengan kendaraan. Tapi dengan berjalan kaki bersama orang tua atau kakak.
Hal ini hanya untuk memastikan bahwa anak mematuhi prokes selama di jalan.
Empat. Teladani bagaimana prokes yang baik, jangan terkesan dipaksakan. Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan mungkin hal yang mudah untuk orang dewasa. Tapi, tidak begitu dengan anak-anak.
Karena semua tentang prokes itu merupakan kebalikan dari kebiasaan yang selama ini dilakukan anak-anak: di sekolah, apalagi di lingkungan rumah.
Karena itu, cara memaksa mereka untuk patuh prokes mungkin kurang bijaksana buat anak-anak. Selain mereka memang belum paham, hal itu sangat tidak biasa.
Hal efektif dan bisa diterima dengan baik oleh anak adalah dengan memberikan teladan. Jadi rumusnya, teladani dan jelaskan. Bukan sebaliknya. Apalagi hanya dijelaskan, tapi tidak diteladani.
Orang tua atau kakak khususnya ketika antar jemput, menerapkan prokes seolah ikutan sekolah seperti anak-anak. Hal ini akan dirasakan anak sebagai bentuk solidaritas dan kebersamaan. Bahwa, yang tidak enak itu bukan hanya dirinya. Tapi, orang tua dan kakak-kakak pun merasakan yang sama. [Mh]