PALESTINA dijajah Israel sejak tahun 1948. Sudah 77 tahun Palestina tetap terjajah dan menderita. Padahal Palestina dikelilingi negara-negara Arab yang kaya.
Fenomena di Luar Nalar
Secara nalar sulit membayangkan bagaimana Palestina bisa terjajah. Palestina bukan di Afrika yang jauh dari negeri-negeri muslim. Bukan di Cina. Bukan pula di Eropa timur. Tapi di tengah-tengah negara Arab yang kaya.
Memang pernah ada peperangan oleh negara-negara Arab melawan Israel. Tapi, itu sudah setengah abad yang lalu. Saat ini justru sebaliknya: semuanya berbondong-bondong membuka hubungan diplomatik dengan sang penjajah. Gila!
Yang terakhir apa yang terjadi di Arab Saudi. Negeri yang terdapat dua kota suci umat Islam ini tiba-tiba begitu bangganya akan membuka hubungan diplomatik dengan penjajah saudaranya.
Pada September 2023 lalu, dunia Islam dikejutkan oleh senyuman Muhammad bin Salman dan Netanyahu yang banyak menghiasi laman berita. Tak lama lagi, kedua negara itu, kabarnya akan membuka hubungan diplomatik.
MBS mungkin berdalih kalau langkah itu wajar. Hal ini karena negara-negara Arab lainnya, termasuk Uni Emirat Arab, Mesir, Yordania, dan lainnya sudah lama menjalin diplomatik secara akrab dan harmonis.
Jadi, apa salahnya kalau Saudi juga ikut membuka. Netanyahu pun sesumbar di forum PBB waktu itu kalau inilah saatnya keturunan Ismail dan Ishak akan mengikat kembali persaudaraan satu keluarga.
MBS menjawab pertanyaan wartawan tentang kapannya: sebentar lagi, sebentar lagi. Lengkap dengan senyumnya.
Makna Hubungan Diplomatik dengan Israel
Hubungan diplomatik dua negara sejatinya memang sangat baik. Di situlah terjalin kerja sama yang saling memberikan maslahat dua negara. Dan hal itu memang sesuai dengan perintah agama.
Tapi masalahnya, ini dengan Israel. Sebuah negara yang begitu keji dan jahat merampas kedaulatan negeri muslim bernama Palestina. Sebuah negeri yang di situ terdapat tempat suci umat Islam sedunia: Masjid Al-Aqsha.
Membuka hubungan diplomatik dengan Israel sama saja dengan pernyataan kekalahan terhadap kerakusan Israel yang akan terus, dan terus, ingin merampas kedaulatan umat Islam di seluruh Timur Tengah.
Perhatikanlah apa yang terjadi dengan negeri-negeri Arab di sekitar Israel akhir-akhir ini. Mereka dibuat tak berdaya: stateless. Negeri-negeri itu antara lain: Suriah, Irak, Yaman, dan Libia.
Sementara negara-negara Arab lainnya hanya tinggal jasadnya saja, sementara ruh Islamnya sudah lama mati. Mereka ada, tapi seperti tak ada. Tinggallah Palestina berjuang sendirian.
Hanya satu negara di kawasan itu yang masih eksis, yang masih punya eksistensi untuk melawan kejahatan Israel. Yaitu, Iran.
Jangan heran jika Isreal begitu bernafsu untuk melenyapkan Iran. Dengan berbagai dalih yang bisa mereka sajikan.
Pengorbanan Hamas demi Umat Islam Dunia
Pernahkah kita membayangkan apa yang terjadi jika hubungan diplomatik Israel Arab Saudi benar-benar resmi terjalin?
Bagi Saudi, mungkin ini ada ‘imbal balik’ yang saat ini mereka butuhkan. Apalagi kalau bukan jaminan keamanan dari ‘Paman Gober’. Tapi bagi Israel, ini adalah sebuah penaklukan besar.
Jika itu resmi terjalin, lengkap sudah Islam tercaplok ke mulut rakus Israel. Setelah Masjid Al-Aqsha, maka Masjid Al-Haram dan Nabawi pun akan menjadi ‘mainan’ kaum Yahudi.
Zionis Israel akan berteriak, “Hai Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam)! Tiga kota sucimu sudah kami taklukkan. Inilah pembalasan kami!”
Hamas melihat itu. Pada 7 Oktober mereka membuat gebrakan yang menyentak dunia Islam untuk tahu siapa Israel sebenarnya. Meskipun hal itu akan mengorbankan darah dan nyawa mereka.
Dengan langkah berani Hamas itulah, hubungan diplomatik yang sudah diidam-idamkan Israel dengan Saudi akhirnya kandas. Bahkan, Israel kini mengalami nasib yang hampir sama dengan yang dialami Gaza: kehancuran.
Semoga Allah subhanahu wata’ala memenangkan para mujahidin di mana pun mereka berada. [Mh]