MUDIK menguatkan jalinan keluarga besar. Bahkan dengan tips tertentu, mudik bisa memberikan kesan yang dalam.
Ada dua fokus utama saat mudik ke kampung halaman. Karena rindu dengan kampung halaman, dan karena ingin menguatkan jalinan ikatan keluarga besar.
Rindu dengan kampung halaman adalah tentang kepentingan diri sendiri. Sementara, menguatkan jalinan keluarga besar merupakan kebutuhan yang bukan untuk pribadi kita, tapi juga orang banyak di sekitar kita.
Karena itu, perlu kiat agar durasi mudik yang tidak lama bisa memberikan kesan yang mendalam. Antara lain:
Satu, kesankan bahwa mudik untuk kepentingan orang di kampung, bukan tentang kepentingan diri kita.
Boleh-boleh saja kita mudik karena ingin memenuhi kerinduan kampung halaman atau karena wisata dan sebagainya. Tapi, jika ingin mendapatkan kesan mendalam untuk keluarga besar di sana, kesankan bahwa mudik untuk bersilaturahim dengan mereka.
Terlebih jika di kampung masih ada orang tua, seperti ayah, ibu, paman, bibi, atau kakek dan nenek. Orang-orang penting dalam hidup kita itu menyambut kedatangan kita sebagai akumulasi kerinduan yang sekian lama.
Karena itu, kunjungi mereka terlebih dahulu sebelum melakukan kunjungan-kunjungan lain. Sapa mereka, tanyakan kesehatannya, tanyakan keadaan di sana dan lainnya.
Pendek kata, biarkan mereka mengungkapkan rasa rindu kepada kebersamaan yang sempat hilang sekian lama.
Dua, jangan egois tentang diri kita, tapi full tentang diri orang-orang tua kita.
Bertemu dengan orang-orang tua di kampung halaman harus menyiapkan empati yang tinggi. Hal ini karena orang-orang tua ingin tetap mendominasi terhadap yang muda.
Karena itu, biasakan diri untuk ‘menikmati’ ungkapan rasa rindu mereka. Biarkan mereka bercerita tentang apa pun.
Mungkin saja kita pun memiliki seribu satu kisah tentang diri kita yang ingin diceritakan. Tapi, hal itu tidak cocok untuk didengar para orang-orang tua. Sekali lagi, karena mereka tetap merasa sebagai orang tua yang ingin didengar, bukan yang mendengar.
Kalau pun mereka ‘memancing’ tentang keadaan kita, jangan anggap itu sebagai peluang untuk bercerita sebanyak-banyaknya. Tapi cukup bercerita tentang apa yang beririsan dengan keadaan mereka. Seperti tentang kesehatan, makanan, dan lainnya.
Jangan bercerita tentang keberhasilan, tentang teknologi yang jelimet, apalagi tentang politik yang bikin pusing mereka.
Tiga, siapkan hadiah sekadar ‘buah tangan’ untuk mereka.
Hadiah bagi orang-orang tua bukan dilihat dari nilainya. Tapi dari ungkapan perhatiannya. Tak ada yang menarik buat orang tua tentang barang-barang mahal. Yang menarik mereka momen serah terimanya.
Walaupun hadiahnya sekadar kerudung, kain sarung, mukena, sajadah, atau barang biasa lainnya; tapi momen itulah yang mahal buat mereka.
Empat, mintakan nasihat dari mereka.
Sebagai yang lebih muda terhadap yang lebih tua, minta nasihat merupakan hal yang paling pantas. Meskipun, nasihat mereka sekadar ulasan pengalaman masa lalu mereka.
Minta nasihat sebenarnya bukan sekadar masukan untuk diri kita. Lebih dari itu, sebagai perilaku mulia untuk menghormati orang-orang yang lebih tua.
Lima, mintakan doa terbaik dari mereka.
Satu hal yang juga tidak kalah berkesannya oleh orang tua terhadap kunjungan mudik kita adalah permintaan doa dari mereka.
Mungkin saja ungkapan doanya sangat standar. Tapi di sisi Allah, ucapan doa mereka akan sangat diijabah. Karena itu, usahakan untuk tidak lupa meminta doa dari orang-orang yang paling berjasa terhadap hidup kita. [Mh]