ChanelMuslim.com- Sejatinya i’tikaf memang di masjid. Tapi di masa pandemi seperti ini, bisa disiasati di rumah. Tujuannya, melatih anak-anak mencintai sunnah.
I’tikaf merupakan salah satu ibadah sunnah yang dicontohkan Nabi. Seumur hidup beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, tak sekali pun momen Ramadan berlalu tanpa i’tikaf.
Bukan hanya Rasul saja yang selama sepuluh hari berada di masjid, istri-istri beliau pun ikut. Ini artinya bahwa i’tikaf juga bagus untuk dilakukan skala keluarga.
Namun, di masa pandemi ini hal itu riskan dilakukan. Alih-alih untuk mendapatkan maslahat, boleh jadi bisa hinggap mudharat.
Lalu, bagaimana melatih anak-anak ikutan i’tikaf. Karena jika hanya teori dan arahan lisan, sulit bisa berkesan. Dan hal itu akan mudah terlupakan.
Di masa darurat seperti ini, ada baiknya untuk menyelenggarakan program i’tikaf di rumah. Selain aman dan nyaman, pelaksanaannya tidak akan mengganggu jamaah lain. Karena, pesertanya memang khusus buat keluarga.
Rancang Musholah Keluarga
Selama Ramadan, buat ruang khusus untuk dijadikan seperti musholah. Tak perlu besar, yang penting bersih dan muat untuk semua anggota keluarga.
Di ruangan itu ada pajangan kaligrafi. Ada bentangan sajadah untuk sejumlah orang yang akan hadir. Ada lekar untuk meletakkan mushaf atau kitab. Dan seterusnya.
Di masa sepuluh hari terakhir ini, jadikan ruangan itu sebagai tempat paling favorit keluarga. Di situ mereka shalat, tilawah, zikir, dan lainnya.
Jauhkan dari Televisi
Salah satu prasyarat agar program i’tikaf ini berlangsung lancar, jangan biarkan televisi standby sepanjang bulan Ramadan. Siang maupun malam.
Karena momen Ramadan memang nyaris tak ada kesempatan untuk sekadar nonton televisi. Selalu ada kejar setoran. Antara lain, khatam Al-Qur’an, perbanyak hafalan, dan lainnya.
Selain itu, jika anak-anak atau keluarga terbius dengan tayangan televisi, program awal tidur akan sulit diketatkan. Dan itu berarti akan sulit untuk bangun malam.
Harus Ada Teladan
Salah satu kunci sukses program ini adalah keseriusan ayah dan ibu. Merekalah sosok yang mestinya paling semuanya. Paling rajin. Paling siap. Paling lama dan betah di sana. Paling banyak tilawah dan zikirnya. Dan lainnya.
Untuk sepuluh hari ini saja, setidaknya, ayah dan ibu harus lebih melupakan ponsel. Terutama di saat i’tikaf sedang dimulai. Mulai dari acara qiyamul lail, tadarus, dan zikir. Paksakan, tidak ada jejak ponsel di situ.
Buat Penugasan
Selayaknya program i’tikaf sungguhan, seluruh peserta harus dapat tugas. Baik tugas kelompok maupun pribadi. Hal ini sebagai stimulus untuk mengikat kesertaan dan perhatian anak-anak.
Misalnya, siapa yang bertugas menyiapkan ruangan i’tikaf. Mulai dari bersih-bersih, membentangkan sajadah, merapikan barang-barang yang berserakan, dan lainnya.
Untuk tugas individu, bisa dibuat target-target setoran sesuai kesanggupan masing-masing. Misalnya, target khataman, target minimal zikir per malam, target hafalan, dan seterusnya.
Tadarusan pun bisa dilakukan secara bergantian. Dalam posisi seperti melingkar, masing-masing anggota keluarga membaca Al-Qur’an secara bergantian untuk melanjutkan bacaan sebelumnya.
Jangan lupa untuk doa bersama. Doa untuk kebaikan dan keberkahan keluarga. [Mh]