MESKI hanya sebagai buruh di negeri Arab, cita-citanya lumayan tinggi: ingin punya istri gadis Turki.
Sebut saja pemuda TKI itu bernama Ahmad. Bermodal ijazah SMK, ia nekat mengadu nasib di Arab Saudi.
Ahmad memang sejak masih di pesantren sudah bertekad untuk kerja di Arab. Ia bukan lulusan pesantren moderen, tapi pesantren tradisional.
Meski kapasitas pendidikan pesantrennya tidak bagus-bagus amat, Ahmad hobi belajar bahasa. Dari lulusan pesantren itu, ia lumayan bisa dua bahasa: Arab dan Inggris.
Sebagai Penjaga Toko di Arab Saudi
Takdir pun membawanya bekerja di negeri Arab. Tepatnya di Jedah, Arab Saudi. Ia menjadi pelayan toko. Kemampuan dua bahasa itu, benar-benar sangat berguna di pekerjaannya.
Setiap hari Ahmad berbahasa dua negara itu: Arab atau Inggris. Hal itulah yang membuatnya kian fasih dengan Arab dan Inggris.
Tapi, ada satu bahasa yang menarik perhatiannya dan hal itu belum ia kuasai. Yaitu bahasa Turki. Keinginan belajar Bahasa Turki dikarenakan teman pelayan tokonya seorang pemuda asli Turki.
Tanpa ia sadari, sudah lima tahun ia bekerja sebagai pelayan toko itu. Ia tak tertarik untuk pulang kampung, karena ayah ibunya sudah meninggal dunia dan kakak-kakaknya sudah menikah dan ikut suami.
Selama lima tahun di toko itu, Ahmad menyempatkan diri belajar bahasa Turki melalui pertemanannya di toko itu. Dan waktu yang tidak singkat itu pun menjadikannya mulai lancar dengan bahasa Turki.
Ingin Berjodoh dengan Gadis Turki
Banyak warga dunia yang berziarah ke tanah suci dan mampir ke tokonya. Tapi, dari sekian negara yang ia temui, ada satu yang ia begitu jatuh hati. Yaitu, warga Turki.
Umumnya orang Turki itu campuran antara keturunan Arab dengan orang Eropa. Jadi, menurut Ahmad, benar-benar sosok yang sempurna.
Tapi ketika melihat dirinya, ia pesimis. Gadis Turki mana yang mau menikah dengan dirinya, lha hanya seorang pemuda pelayan toko.
Dalam satu kesempatan, ia bicara asal saja dengan temannya yang orang Turki. “Ada nggak gadis Turki yang mau menikah dengan saya?” ucapnya dalam bahasa Turki.
Sebenarnya, Ahmad tidak butuh jawaban yang serius, karena ia pun memang sedang tidak serius. Tapi, temannya yang orang Turki itu memberikan jawaban yang di luar dugaannya.
“Di desa saya, ada seorang gadis yang mau menikah dengan orang Indonesia. Kebetulan ia masih kerabat saya,” ucapnya.
Mendengar itu, Ahmad pun terkejut. Ia seperti tidak percaya kalau jawabannya ‘seindah’ itu. Dan, tukar menukar biodata jarak jauh pun dilakukan.
Ahmad mengirimkan data tentang dirinya termasuk foto, begitu pun gadis desa di Turki itu. Alhasil, keduanya saling cocok.
Melamar ke Turki
Ahmad tidak sabar kapan teman sejawatnya asal Turki itu akan pulang kampung. Karena ia sudah berencana untuk ikut dan sekaligus ingin melamar gadis impiannya itu.
Setelah melengkapi adminisrasi keimigrasian, Ahmad dan teman Turkinya itu akhirnya menuju sebuah desa di Turki.
Ahmad sudah membayangkan bagaimana ia akan disambut calon keluarga mertuanya itu. Terlebih lagi, tabungannya kerja selama lima tahun rasanya cukup untuk biaya pernikahan untuk ukuran di desa.
Ternyata, desa tempat sang gadis tinggal berada di pedalaman. Tidak ada kendaraan umum yang lewat. Keduanya pun berjalan kaki lumayan jauh.
Setibanya di lokasi, Ahmad diterima oleh seorang ibu paruh baya. Rupanya, ibu itulah calon mertuanya. Sementara suami sang ibu sudah lama meninggal. Ia hanya tinggal bersama puteri dan putera sulungnya yang bekerja di kota.
Lamaran Diterima, Tapi…
Setelah panjang lebar menjelaskan, akhirnya Ahmad dan teman Turkinya itu menyampaikan maksud kedatangannya. Reaksi sang ibu datar-datar saja. Tidak terkejut, tidak pula antusias. “Saya tidak bisa memutuskan,” jawabnya.
Ahmad mengira kalau keputusan akhir ada di sang gadis. Dan hal itu sangat ia inginkan. Pasalnya, sang gadis yang ia lamar sudah menerima Ahmad apa adanya.
Nyatanya bukan. Keputusan akhir ada di tangan kakak laki-laki gadis itu. Sayangnya, ia sedang di kota. Akhirnya, Ahmad dan temannya pamit dan berjanji akan balik lagi untuk menemui sang calon kakak ipar.
Perjalanan dari rumah sang gadis ke kendaraan umum lumayan lama. Berjam-jam keduanya berjalan tapi belum juga sampai.
Keduanya pun istirahat di sebuah halte. Cukup lama karena bus yang ditunggu tidak juga datang.
Tiba-tiba seorang laki-laki dengan sepeda motor memanggil-manggil teman Turkinya itu. Ahmad pun melihat wajah laki-laki yang sangat mirip dengan gadis yang tadi ia lamar.
Terlihat wajah pria itu agak memerah seperti emosi yang sangat berat. Dari kejauhan, Ahmad melihat temannya itu bicara serius.
Setelah usai, akhirnya teman Ahmad menghampirinya. “Alhamdulillah, ada kabar gembira untukmu,” ucap teman Ahmad itu. Sementara, pria yang bersepeda motor itu balik lagi ke arah ia datang.
“Alhamdulillah, apa? Tadi itu siapa?” tanya Ahmad begitu penasaran.
Akhirnya, teman Ahmad itu menjelaskan kalau yang datang itu kakak dari sang gadis. Sebenarnya, ia tidak berada di kota, tapi segan menjumpai Ahmad dan temannya.
Rupanya, kakak sang gadis marah besar dengan adiknya yang mau menikahi Ahmad. Pertengkaran pun katanya terjadi di keluarga kecil itu.
Pertengkaran itu ternyata dimenangkan sang gadis. Karena ia mengancam kakaknya: kalau lamaran Ahmad ditolak, ia tidak akan mau menikah seumur hidupnya!
Sang kakak pun akhirnya luluh. Akhirnya, ia mau menerima Ahmad dengan satu syarat: kalau jadi menikah nanti, adik perempuannya tidak boleh dibawa keluar desa alias tetap tinggal bersama ibu dan kakaknya.
Ahmad pun begitu senangnya. Ia memeluk temannya sambil menangis haru. Setelah itu, Ahmad minta diantar ke kota untuk membeli emas sebagai mahar.
Sudah Punya Anak Lima
Ahmad berbagi kisah indah tentang dirinya itu di sebuah channel YouTube. Ia kini bekerja sebagai guide di sebuah perusahaan wisata. Kemampuan bahasa asingnya ternyata sangat bermanfaat.
Ahmad dan istri memang masih tinggal di desa istrinya itu. Dan kini, ia sudah dikaruniai lima orang anak.
Tapi Ahmad tidak menceritakan, kelima anaknya itu mirip siapa: dia yang wajahnya pas-pasan atau mirip istrinya yang asli Turki. [Mh]