ChanelMuslim.com – Nana Asma’u, sang perempuan penyair multitalenta, begitu julukannya. Ia adalah seorang muslimah penyair yang melakukan dakwah dengan syair-syair yang indah.
Selain pandai dalam bersyair, Nana juga memiliki banyak keahlian dan keterampilan. Tak heran, ia dikenal sebagai muslimah multitalenta.
Baca Juga: Presiden Muslimah Pertama di Tanzania Dilantik
Nana Asma’u adalah Anak Raja
Ia lahir pada tahun 1793 M dengan nama lengkap Nana Asma’u binti Usman Fodio.
Nana berasal dari Kota Degel yang termasuk wilayah Kerajaan Sokoto di Afrika Barat. Kini, daerah tersebut termasuk bagian dari negara Nigeria.
Nana kecil dididik dengan sangat baik oleh keluarganya. Ayahnya adalah seorang ulama sekaligus khalifah (raja) Sokoto bernama Shehu Usman Fodio. Kerajaan ini mengalami masa kegemilangan hingga akhirnya kalah oleh penjajahan Inggris atas seluruh Nigeria.
Tidak boleh ada yang malas di keluarga khalifah. Semua saudara dan saudari Nana rajin belajar dan bekerja. Sang ibu mengajarkan Nana berbagai pekerjaan rumah tangga.
Nana merasa sangat bahagia karena ayahnya adalah ulama sekaligus pemimpin yang melakukan reformasi di daerahnya.
Tidak Dibedakan dalam Pendidikan
Sang ayah menerapkan ajaran Islam di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Kemajuan pembangunan dan kejayaan dirasakan oleh rakyatnya.
Sang ayah sangat mendukung pendidikan Nana. Dia selalu membawa Nana sejak kecil saat bertugas mengajar ke mana saja.
Nana kecil menjadi saksi sang ayah yang menjadi guru teladan untuk rakyatnya. Nana menghafal seluruh isi Al-Qur’an dan mempelajari buku-buku agama.
Ayahnya tidak membedakan pendidikan untuk kaum lelaki dan perempuan. Semua punya hak belajar.
Nana bahagia sekali karena bisa bersekolah pada pagi dan sore hari. Selain itu, sang ayah sangat suka menulis buku.
Maka pantas saja, Nana tumbuh menjadi seorang gadis yang penuh rasa ingin tahu dan suka mencoba hal-hal baru.
Nana Asma’u Menguasai Empat Bahasa
Dia pun menguasai empat bahasa, yaitu Arab, Tamasheg Tuareg, Fula, dan bahasa sukunya, Hausa. Kemampuan bahasanya selaras dengan kesenangannya pada syair (puisi).
Akhirnya, Nana Asma’u menjadi sosok wanita dewasa yang sangat berpendidikan dan berjiwa reformasi seperti ayahnya.
Nana pun bersungguh-sungguh ikut mewujudkan cita-cita ayahnya. Dia mendirikan “Gerakan Yan Taru” guna memajukan kaum wanita lewat pendidikan.
Orang-orang di lingkungannya mengenal Nana sebagai pribadi yang penuh manfaat. Dia menulis dan mengajar bukan karena ingin dikenal banyak orang dan mencari keuntungan sendiri, melainkan untuk kemajuan masyarakat.
Dia menggunakan puisi-puisi yang ditulisnya sebagai bahan pengajaran. Dia banyak menulis puisi tentang sunnah Nabi, kepahlawanan, dan peran perempuan. Siapa sangka, puisi-puisi yang ditulisnya sejak muda membuat Nana berpengaruh bagi masyarakatnya.
52 Puisi Nana Asma’u
Tidak terasa, nama Nana Asma’u terdengar hingga ke banyak negara Muslim Afrika. Mereka yang belum bisa membaca karya Nana dapat mendengarkan kajiannya.
Mereka yang belum memahami bahasa Arab, dapat memahaminya dalam bahasa Fula atau Hausa.
Apa yang diajarkan Nana terus berlanjut hingga dia meninggal pada tahun 1865 M. Saudarinya, Mariyam, dan keponakannya, Ta Modi, meneruskan warisan ilmu, pengajaran, dan Gerakan Yan Taru yang ditinggalkannya.
Ada sekitar 52 puisi karya Nana yang telah ditemukan para sejarawan. Sepuluh puisi tentang pendidikan, tujuh belas tentang kepahlawanan. Sebagian buku aslinya disimpan di School of African and Oriental Studies (SOAS), London.
Sahabat Muslimah, ada banyak keteladanan yang bisa kita ambil dari Nana Asma’u. Jangan menyerah dan tetap semangat menuntut ilmu ya.[ind]
sumber: Buku Seri Ilmuwan Muslimah. Sarah Mantovani. Penerbit: Pro-kids, 2020.