ChanelMuslim.com- Banyak istri yang mengeluhkan keadaan suaminya yang mereka nilai tidak bisa membawa kebahagiaan dalam rumah tangga. Bisa karena nafkah, kurangnya perhatian dan romantisme, atau suka memaksakan kehendak atau keras kepala.
Tidak sedikit perempuan yang kemudian terpancing untuk membangkang dari para suami mereka, sebagian malah berani meminta cerai.
Baca Juga:Istri Salehah Pandai Menjaga Lisan
Oleh Ustazah Rina
Suami memang pemimpin dalam rumah tangga. Ia kepala keluarga, pemberi nafkah, yang mendisplinkan keluarga sekaligus mesti berperan memberikan perlindungan dan kasih sayang.
Pada istrinya, ia harus memenuhi nafkah lahir dan juga batin. Sungguh tugas yang tidak ringan.
Persoalannya adalah tidak semua suami bisa langsung seketika menunjukkan sebaik-baik peran pada istrinya.
Faktanya tidak semua tabiat dan keputusan suami dalam pernikahan bisa sesuai keinginan istri dan menyenangkan mereka. Suami bisa egois, teledor, kurang peka, atau kurang tepat dalam memimpin.
Apakah dalam keadaan seperti ini lantas seorang istri dibenarkan melakukan pembangkangan? Tidak perlu taat pada suami? Atau malah berpaling dan meminta berpisah?
Rasulullah SAW. jauh-jauh hari sudah mengingatkan kita semua, suami dan istri, bahwa mencari pasangan harapan hati, tidaklah mudah. Sabdanya:
إِنَّمَا النَّاسُ كَالإِبِلِ الْمِائَةُ لاَ تَكَادُ تَجِدُ فِيهَا رَاحِلَةً
“Sesungguhnya manusia seperti unta sebanyak seratus, hampir-hampir tidaklah engkau dapatkan diantara unta-unta tersebut, seekor pun yang layak untuk ditunggangi.”(Muttafaqun ‘alaih).
Lelaki yang hari ini menjadi pendamping para muslimah, sangat mungkin bukanlah lelaki yang persis sebagaimana yang diharapkan.
Seperti sabda Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, dari seratus unta hampir-hampir tak ada yang sesuai keinginan sebagai hewan tunggangan dan dapat membawa banyak beban.
Ini adalah ujian sekaligus kesempatan merengkuh mardlotillah. Suami mungkin tak bisa membalas besarnya cinta dan perhatian sang istri padanya.
Nafkahnya mungkin tak mencukupi keinginan-keinginan para istri. Satu-satunya yang bisa membalas semua kasih sayang, perhatian, juga keletihan fisik dan emosi itu adalah Allah sang Penguasa Alam Semesta.
Suami dan istri harus paham bahwa pernikahan itu adalah nikmat sekaligus ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’alaa sebagaimana pesan Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أهْلِهِ وَمَالِهِ وَ وَلَدِهِ وَنَفْسِهِ وِجَارِهِ يُكَفَّرُهَا: الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ.
“Fitnah seseorang dari keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya dan tetangganya ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar.” (Muttafaqun’alaih)
Bila para istri, ingin merasa bahagia maka bukan sekedar menuntut suami bisa membahagiakan istri, tapi juga mengkondisikan diri sebagai pasangan yang berjuang untuk menciptakan kebahagiaan. Kebahagiaan itu sesuatu yang harus diupayakan bersama, bukan sepihak.
Yang paling pokok, setiap muslim harus menjadikan ridlo Allah sebagai tujuan yang ingin diraih dalam berumah tangga.
Bagi suami ada kewajiban yang mereka harus lakukan untuk meraih ridlo Allah dalam pernikahan.
Untuk istri, ada kewajiban yang mereka mesti kerjakan untuk mendapat ridlo Allah.
Dan, ridlo Allah itu sebagian besar ada pada keridloan suami. Nabi bersabda:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟قُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ الله كُلُّ وَدُوْدٍ وَلُوْدٍ، إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيْءَ إِلَيْهَا أَوْ غَضِبَ زَوْجُهَا، قَالَتْ: هَذِهِ يَدِيْ فِي يَدِكَ، لاَ أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى
“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.” (HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath dan Ash Shaghir. Lihat Ash Shahihah hadits no. 3380).
Baca Juga:Pentingnya Hubungan Asmara Suami Istri
Nabi SAW. juga mengingatkan kemurkaan Allah pada istri yang suka menyusahkan suami.
Sabdanya:
لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِىَ لاَ تَسْتَغْنِى عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan ia tidak merasa cukup dengan apa yang diberikan suaminya.” (HR. An Nasa’i dan Al Baihaqi).
Sahabat Muslim, mari kita mulailah menata diri, memahami kekurangan pasangan, dan terutama memahami kekurangan diri.
Lalu kerahkan usaha untuk menciptakan kebahagiaan dalam rumah tangga.[Ind/Walidah]