ChanelMuslim.com- Julia Prastini, seorang mualaf yang belajar agama hingga jadi penghafal Quran. Awalnya dulu sempat membenci suara adzan, Namun setelah menjadi mualaf justru begitu merindukan panggilan shalat itu.
Hal itu diungkapkan Julie di kanal YouTube Ape Astronout, pada September 2021. Selebgram Julia Prastini pun menceritakan latar belakang keluarganya yang beragama Kristen. Hingga akhirnya sang ibu memutuskan untuk pindah agama ke Islam.
Dua tahun pertama ibunya memeluk Islam, Ibunda menjalankan ibadah seorang diri, seperti shalat, puasa ramadan hingga lebaran. Kemudian, selang dua tahun Julie dan adiknya ikut menjadi mualaf.
Baca Juga : Kisah Youtuber Delfano Charies yang Dulu Menghina Nabi Kini Menjadi Mualaf
Julie masuk Islam di usia 10 tahun lantaran mengikuti sang ibu yang juga seorang mualaf. Tentu, keputusan ibunya menjadi mualaf mengejutkan banyak pihak, terutama keluarganya yang dominan beragama nasrani.
“Karena waktu itu saat itu mama saya juga baru mualaf. Di keluarga saya itu ya Chinese dan semuanya agak beragama Kristen. Kaget dong. Lho kok masuk Islam gitu. Waktu itu masih masuk Islam sendiri itu mama saya, 2 tahun pertama sendiri. Jadi saya sama adik belum masuk Islam,” katanya.
Julie menjelaskan bagaimana pandangannya terhadap Islam sebelum menjadi mualaf. Ia mengakui tidak suka dengan suara azan yang terasa mengganggunya. Dia juga heran mengapa ibadah umat Islam harus didahului dengan suara azan.
“Dulu saya nggak suka denger adzan. Dulu saya mikir, ngapain sih orang mau solat diteriak-teriakin. Apaan sih orang mau ibadah diteriakin. Saya aja nggak pernah ada yang koar-koar ke gereja kok. Itu kayak ganggu masyarakat. Saya nggak suka itu doang (dari islam dulu),” ujarnya.
Pesantren menjadi pilihan sang ibu berharap Julie dan adiknya mendapatkan ilmu agama yang memadai ia sendiri karena masih minim ilmu.
Namun, bukannya merasa semangat, Julie justru merasa dibuang ketika harus masuk pesantren.
“Baru satu bulan masuk Islam, saya langsung ke pesantren. Berasa mau dibuang dan diasingkan,” kenang Julie.
Sang Ibu terus meyakinkan Julia agar mau menimba ilmu di pesantren. Seperti anak-anak pada umumnya yang pisah dengan orangtua, Julia pun menangis dan merasa tak betah di pesantren. Namun, sang ibu tak pantang menyerah dan meminta Julia untuk bertahan.
Lulus dari sekolah dasar, Julia yang belum merasa betah di pesantren pun menepis permintaan ibunya untuk lanjut ke sekolah menengah pertama di pesantren.
Menurut Julia, ia tak dapat membantah lantaran sang ibu sudah terlanjur mendaftarkannya masuk di situ. Julia pun beralasan bahwa dirinya mudah sakit sehingga tak bakal kuat di pesantren.
“Akhirnya coba di pesantren di Cikarang, seminggu pertama bener-bener sakit demam. Karena di sana enggak ada tidur siang, pas bangun sebelum subuh, langsung full kegiatannya, hafalan Qur’an, sampai tidur lagi jam 10-11 malam,” ucapnya.
Kemudian, Julia dipindahkan ke pesantren yang sistem belajarnya lebih longgar sehingga waktu istirahatnya masih cukup banyak.
Kisah Julia Prastini, Dulu Benci Islam Sekarang Mualaf Hafidz Qur’an
Namun, ia masih belum merasa betah dan sang ibunda melakukan trik agar Julia bisa betah dengan tak menjenguknya selama beberapa pekan. Sang ibu berpesan pada Julia, bahwa tak akan dijenguk hingga Julia merasa betah di pesantren.
“Terus tiba-tiba ngomong, ‘Udah enggak mau sekolah, saya maunya hafal Al-Qur’an saja’. Enggak tahu omongan dari mana itu tiba-tiba,” ungkapnya.
Akhirnya Julia mengaku betah walau kerap meminta dipindahkan dari pesantren tempatnya belajar. Tanpa terasa Julie nyaris lulus dari sekolah menengah dan telah hafal Alqur’an sesuai niat awalnya.
“Pokoknya mama saya tuh punya cara buat saya mau di pesantren. Saya enggak bisa berbakti apa-apa ke orangtua saya. Di pesantren, senakal-nakalnya anak nggak akan sebaik-baiknya anak-anak di luar. Di pesantren ini bentuk bakti saya untuk orangtua saya. Jadi saya mau di pesantren karena ini ladang saya berbakti untuk mama saya,” kenangnya.
Selama belajar di pesantren, Julia telah belajar bahwa agama Islam mempunyai konsep ‘merangkul’ sehingga membuatnya nyaman. Awalnya Julia merupakan seseorang yang egois, tetapi saat ini ia sangat peka kepada sesama.
“Paling penting, benerin gimana menghadap ke Allah Subhanahu wa ta’ala. Di sini saya kenal Allah, ngafal (Quran) pakai hati. Ayatnya ngena banget. Saya mentadaburri ayat-ayatnya,” imbuhnya.
Julia yang sudah betah di pesantren mulai salat dan beribadah dnegan khusyu’ bahkan sampai kerap menangis saat mengerjakan shalat.
Baca Juga : 10 Kebiasaan Baik yang Harus Dikembangkan Seorang Mualaf
Dia merasakan adanya perubahan saat mengenal dan merasakan kehadiran Allah subhanahu wa ta’ala melalui kemudahan rezeki.
“Benar-benar ngerasa islam itu indah. Agama yang indah, saling ngerangkul. Shalat jamaah saja Allah Subhanahu wa ta’ala nyatuin umatnya. Kenal enggak kenal, sholat saja. Baru merasa kaya Allah Subhanahu wa ta’ala tuh ada ngerangkul Juli dan keluarga juga,” pungkasnya. [wmh]