INAMUL Ali, seorang pemuda dari desa Tulamati di Kamrup, Assam, telah mencapai prestasi luar biasa menjadi seorang Hafidz Quran meskipun memiliki gangguan penglihatan.
Dikutip dari aboutislam.net, Ia menghafal seluruh Al-Quran dengan mendengarkan ayat-ayatnya dari guru-guru dan teman-teman sekelasnya, menunjukkan dedikasi dan ketekunan yang luar biasa.
Inamul, putra Kausar Ali dan Afroza Begum, tidak terlahir buta. Ia kehilangan penglihatannya setelah terserang penyakit saat berusia satu setengah tahun. Meskipun menghadapi tantangan ini, ia telah membawa kebanggaan besar bagi keluarga, desa, dan masyarakatnya.
Jalannya untuk menghafal Al-Quran penuh dengan tantangan. Tanpa kemampuan membaca, Inamul mengandalkan ingatannya yang kuat dan komitmen yang teguh. Ia akan mendengarkan setiap ayat yang dibacakan oleh guru-guru dan teman-teman sekelasnya, menghafalnya melalui pengulangan.
Baca juga: Ustadz Adi Hidayat Berwakaf 100 Juta Rupiah untuk Program Sosial Pemberdayaan Sinergi Foundation
Buta Sejak Bayi, Inamul Ali jadi Hafidz Quran
“Saya menghafalnya sebagian dan membacanya di hadapan guru-guru saya. Berkat restu orang-orang dan dukungan guru-guru saya, Allah menjadikan saya seorang Hafiz Al-Quran,” kenang Ali.
“Awalnya, saya melafalkan 4-5 baris sehari. Kemudian, saya tingkatkan menjadi 7-8 baris setiap kali. Maksimal yang bisa saya lafalkan di hadapan guru-guru saya sekaligus adalah 75 baris. Teman-teman saya juga banyak membantu saya, meluangkan waktu mereka untuk mengajari saya meskipun harus mengorbankan waktu belajar mereka sendiri.”
Selama menempuh pendidikannya, Inamul menerima dukungan luar biasa dari guru-guru dan teman-teman sekelasnya.
Teman-temannya membantunya dalam kegiatan sehari-hari, dan guru-gurunya memastikan bahwa ia mendapatkan bimbingan yang diperlukan.
Ia melanjutkan studi Hifz (menghafal Al-quran) di berbagai madrasah, dimulai di Madrasah Bairaha Shaulmari Hafizia dekat rumahnya.
Ia kemudian belajar di Madrasah Katahi Gangapukhuri Hafizia di distrik Darang, Madrasah Marai Hafizia, dan Madrasah Darul Uloom Ashrafiya di Rangia.
Merenungkan perjalanannya, ia berkata, Guru pertama saya, Hafiz Qari Aftabuddin Ahmed, memperkenalkan saya pada Al-Quran. Di Madrasah Darul Uloom Ashrafiya, saya mendapat dukungan besar dari guru-guru dan teman-teman saya.
Ibu Inamul, Afroza Begum, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas prestasi putranya.
“Anak saya kehilangan penglihatannya karena suatu penyakit ketika dia baru berusia 1,5 tahun. Awalnya kami mendaftarkannya di sebuah sekolah, tetapi saya selalu ingin dia menjadi Hafiz Al-Quran. Sekarang, saya bersyukur kepada Allah karena telah mewujudkan mimpi ini. Orang-orang di desa kami, guru-gurunya, teman sekelasnya, dan teman-temannya semuanya mendukungnya. Kami bahkan menerima bantuan keuangan. Awalnya, saya khawatir, tetapi hari ini saya merasa diberkati dan bersyukur kepada Allah.”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ia juga berbagi tantangan yang dihadapinya sebagai seorang ibu:
“Saya akan terbebas dari semua kekhawatiran saat dia menikah. Saya masih ingat betapa sulitnya baginya untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, bahkan untuk makan. Ada saat-saat ketika saya merasa putus asa. Namun seiring bertambahnya usia, anak saya belajar untuk mengelola semuanya sendiri, bahkan saat kami tidak ada.”
Sejak kecil, Inamul bercita-cita menjadi seorang Hafiz. Kini, ia menjadi imam shalat Tarawih di bulan Ramadan dan aktif dalam kegiatan Dini Tabligh (dakwah agama).
Tujuannya adalah menjadi seorang Qari (ahli bacaan Al-Quran) dan terus menyebarkan pesan Al-Quran.
Perjalanannya merupakan bukti ketangguhan, keyakinan, dan tekad yang menginspirasi banyak orang di dalam dan luar komunitasnya. [Din]