SAHABAT, kini kamu bisa Lebaran dengan lebih hemat dan peduli lingkungan dengan Thrifting. Bagaimana caranya?
Pakaian atau fashion menjadi salah satu barang yang paling sering dibeli oleh masyarakat Indonesia.
Data dari Indikator Politik Indonesia sebanyak 65,7 Persen mengaku menjadikan pakaian atau fashion sebagai barang yang paling sering dibeli di market place online.
Keterbukaan informasi digital, membuat tren fast fashion dengan mudah menyebar sehingga ketertarikan untuk memperbarui fashion terus menguat di kalangan masyarakat.
Sayangnya, meskipun meningkatkan perekonomian, tren fast fashion masih menyisahkan sejumlah permasalahan.
Dikutip dari Zero Waste Indonesia, industri fast fashion biasanya menggunakan pewarna tekstil yang cenderung murah dan berbahaya bagi pencemaran air.
Hal ini juga menjadi ancaman kesehatan manusia.
Salah satu bahan yang digunakan adalah polyester. Bahan ini berasal dari bahan baku fosil, sehingga ketika dicuci akan memunculkan serat mikro yang meningkatkan jumlah sampah plastik.
Baca juga: IFC: Thrifting Pakaian Bekas Impor Ilegal Jadi Ancaman Bagi Industri Fesyen Lokal
Lebaran Lebih Hemat dan Peduli Lingkungan dengan Baju Thrifting
Berdasarkan laporan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) tahun 2017, 35 persen mikroplastik di lautan merupakan dampak dari proses pencucian serat sintetis termasuk polyester.
Mikroplastik ini dapat menyusup ke dalam rantai makanan sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2021 melalui SIPSN menyebut 2,3 juta ton limbah pakaian atau setara dengan 12 persen dari limbah rumah tangga dihasilkan di Indonesia.
Dalam rangka turut andil dalam menekan laju fast fashion, komunitas Ayo Less Waste (ALW) mengadakan kegiatan sedekah sampah dan sortir pakaian untuk event thrifting.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 16 Maret 2024 di Masjid An Nashr Bintaro, Tangerang Selatan.
Sebagai kegiatan rutin, sedekah sampah edisi kali ini berkolaborasi dengan Sobat An Nashr (SONAR) dan masjid An Nashr.
Acara kali ini fokus pada pemilahan pakaian yang masih layak pakai dan mengkategorikannya sesuai segmen seperti pakian wanita dan pakaian pria.
Thrifting menjadi salah satu solusi dalam meminimalisir konsumsi fashion di kalangan masyarakat, terlebih menjelang lebaran merupakan salah satu momen penting bagi masyarakat untuk membeli pakaian baru.
“Kegiatan ini merupakan bentuk kolaborasi ALW dengan SONAR dan Masjid An Nashr. Jadi kemarin pilah dan pilih atau kurasi pakaian yang masih layak untuk dijadikan thrifting,” ujar Iam, Kepala Divisi Sociopreneurship ALW.
Rencananya, pakaian yang sudah melewati proses kurasi akan dijual pada tanggal 23 Maret mendatang.
Pakaian juga dikategorikan untuk menentukan harga jual.
Kegiatan thrifting memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah mengurangi konsumsi pakaian atau fashion.
Dengan mengurangi konsumsi ini, kita turut andil dalam pengurangan kerusakan lingkungan yang dihasilkan, seperti pencemaran udara, pencemaran sungai, asimilasi limbah, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, ALW mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pakaian yang sudah tidak terpakai namun masih sangat layak.
Masyarakat bisa memanfaatkannya untuk donasi, mengubahnya menjadi barang lain (misalnya sarung bantal dan guling, dsb), atau menjualnya dengan harga terjangkau di event thrifting atau garage sale.
Aisyah, Ketua ALW mengatakan bahwa selama ini pakaian-pakaian bagus, khususnya di Jabodetabek menumpuk di kalangan-kalangan tertentu.
Dengan thrifting ini, ALW dapat mendistribusikan pakaian-pakaian dengan kualitas baik tersebut ke berbagai kalangan termasuk yang membutuhkan dengan harga murah bahkan gratis.
“Secara ekonomi, kita mendistribusikan misalnya di Jabodetabek ini kan pakaian menumpuk di kalangan menengah dan menengah atas, kita mendistribusikannya lewat event thrifting agar berbagai kalangan bisa mengaksesnya,” ujar Aisyah.
Selain mengadakan sedekah sampah, komunitas ALW juga menyelenggarakan rapat bulanan.
Rapat kali ini membahas berbagai rencana kegiatan ke depan dan mengevaluasi kegiatan yang sudah berjalan.
Evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada program kerja yang sudah berjalan.
Setelah rapat, kegiatan dilanjutkan dengan buka bersama. Menariknya, buka bersama kali ini mengusung buka bersama tanpa sampah.
Para anggota diminta membawa tumbler dan tempat makan sendiri.
Hal ini sebagai bentuk komitmen dan andil ALW dalam melestarikan lingkungan.[ind]
Kontributor: Hafidhoh – Humas ALW