USIA adalah rentang waktu hidup seseorang. Ada usia diri dan ada usia prestasinya. Ada usia kuantitatif, ada usia kualitatifnya.
Seseorang selalu terikat dengan dua usia: usia dirinya dan usia prestasinya. Usia diri menunjukkan rentang waktu hidupnya. Dan usia prestasi merupakan rentang masa prestasinya dikenang orang.
Ada yang usianya begitu lama, tapi orang di sekitarnya mengenangnya sejenak saja. Tapi ada yang usianya tidak begitu lama, tapi orang di sekitarnya mengenangnya sepanjang masa.
Imam Syafi’i usianya hanya 54 tahun. Tapi hingga kini, jutaan orang masih terus menyebut-nyebut prestasinya. Begitu pun dengan Imam Bukhari yang usianya 60 tahun. Hingga saat ini, prestasinya terus menjadi rujukan jutaan orang.
Di Indonesia ada KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Usianya hanya 55 tahun, tapi karya besarnya masih tetap besar hingga saat ini.
Sementara KH Hasyim Asy’ari tutup usia di 76 tahun. Tapi, di hampir seratus tahun, karyanya tetap menjadi ikutan jutaan orang.
Di kalangan habaib juga tidak kalah hebat. Ada pendiri Majelis Rasulullah, Habib Mundzir Al-Musawwa. Beliau wafat di usia 40, tapi binaannya masih terus kuat mengenang kebaikannya.
Begitu pun dengan pendiri Nurul Musthofa, Habib Hasan Assegaf. Beliau wafat di usia 47, tapi kenangan binaan beliau akan bertahan sangat lama.
Di Mesir ada ulama pergerakan hebat. Namanya Syaikh Hasan Al-Banna. Usia hidupnya hanya 43 tahun. Namun karya pergerakannya masih terus hidup hingga saat ini.
Dan tentu saja, generasi para sahabat radhiyallahum ajma’in. Rentang rata-rata usia mereka berkisar 60 hingga 70 tahun. Tapi, usia prestasinya tak kunjung habis hingga akhir zaman.
Masih banyak lagi tokoh-tokoh hebat dengan prestasi yang terus dikenang sepanjang masa. Dan kenangan prestasinya jauh melampaui rentang waktu hidupnya.
Kini, cerminan itu kembali ke kita. Jangan berharap memperoleh usia diri yang panjang tapi dengan usia prestasi yang minim.
Selagi Allah masih menyediakan rentang waktu usia diri, raihlah prestasi sebanyak mungkin. Suatu saat, usia prestasi kita akan melampaui usia diri yang Allah sediakan itu.
Semoga tidak terjadi, sebegitu minimnya usia prestasi, bahkan di level anak pun tidak lagi mampu mengenang siapa ayahnya dahulu. [Mh]