ChanelMuslim.com- Inna Lillahi wainna ilaihi rojiun. Lagi, umat Islam Indonesia kehilangan sosok panutan. Cucu pendiri Nahdhatul Ulama ini telah menoreh jejak cemerlangnya dalam pergerakan Islam di Indonesia. Aktivis Islam pun kini kehilangan tokoh yang begitu sabar selalu berada di baris terdepan dalam agenda perubahan.
Dengan nama kecilnya Sholahuddin Al-Ayyubi ini, putera ketiga dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Shalehah ini lahir pada 11 September 1942. Sejak remaja, Gus Sholah memang selalu berada dalam dunia aktivis pergerakan.
Ketika sekolah di SMAN 1 Jakarta, ayah tiga anak ini aktif di OSIS, selain juga aktif di Ormas Kepemudaan Anshor. Begitu pun ketika kuliah di Institut Teknologi Bandung, Gus Solah juga aktif di lembaga kemahasiswaan PMII.
Meskipun bergelut di bidang teknik arsitektur yang sarat dengan unsur seni, naluri pergerakannya terus menggebu. Gus Sholah menjadi sosok aktivis Islam yang serba bisa. Beliau aktif dalam dunia pergerakan, sebagai profesioal di bidang teknik, aktif sebagai jurnalis di beberapa media massa, sebagai ulama dari sebuah ponpes besar seperti Tebuireng di Jombang Jawa Timur, dan juga sebagai politisi kawakan.
Pada masa proses kelahiran reformasi, Gus Sholah menjadi seperti pemersatu semua tokoh ormas Islam, antara NU dan Muhammadiyah, antara NU dengan politisi, antara NU dengan aktivis mahasiswa, dan seterusnya.
Selain sebagai tokoh yang selalu kritis terhadap ketidakberesan di pemerintahan, Gus Sholah juga selalu siap pasang badan terhadap berbagai tuduhan miring yang dialamatkan kepada aktivis Islam. Termasuk tuduhan sembrono yang dialamatkan sejumlah aktivis Islam sebagai Islam radikal.
Memang ada sedikit perbedaan pemikiran antara dia dengan kakaknya, KH Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur. Di mana Gusdur berada di Partai Kebangkitan Bangsa dan Gus Sholah di Partai Kebangkitan Umat. Namun, keduanya tidak sampai membelah NU menjadi faksi-faksi yang bermusuhan.
Gus Sholah seperti memperlihatkan kepada publik bahwa NU sebagai ormas Islam yang sangat toleran dengan perbedaan. Silakan para tokoh berbeda dalam pemikiran dan gerakan, tapi tetap berada dalam satu tujuan, yaitu kemaslahatan keumatan Indonesia.
Di usianya yang ke-77, KH Sholahudin Wahid merupakan tokoh yang sangat pantas untuk memimpin NU pada Muktamar akhir Februari ini. Sebelum wafatnya, Gus Sholah rahimahullah, sempat menyampaikan pesannya agar NU benar-benar kembali ke Khiththahnya dalam jalan dakwah dan keumatan. Bersih dari intrik-intrik politik, money politik, dan hal-hal lain.
Selamat jalan, Guru Bangsa. Semoga Allah swt. mengabulkan doa orang-orang yang mencintaimu, dan mengabulkan segala cita-citamu untuk bangsa dan negara ini. (Mh)