ChanelMuslim.com- Peristiwa gerakan 30 September oleh PKI yang biasa disebut G/30 S/PKI menjadi trauma tersendiri untuk bangsa Indonesia. Setiap tahun, peristiwa itu dikenang sebagai memori kelam bangsa ini. Sayangnya, memori itu kian pudar di kalangan generasi muda dan dikhawatirkan akan hilang buat selamanya.
Partai Komunis Indonesia atau PKI menoreh sejarah kelam bangsa ini. Organisasi yang mengadopsi ideologi komunis Sovyet dan Cina ini dicatat sejarah telah berulang kali melakukan pengkhianatan berdarah. Pengkhianatan itu antara lain terjadi pada tahun 1926, 1948, dan G/30 S/PKI pada tahun 1965.
Diperkirakan jutaan masyarakat Indonesia menjadi korban dari kasus itu, baik dari pihak korban maupun pelaku sendiri. Karena, pembantaian yang mereka lakukan terhadap para kiyai di Jawa Timur dan perwira tinggi angkatan darat di Jakarta telah memunculkan aksi balasan yang tidak kalah buruknya.
Sejumlah pakar sejarah mengumpulkan bukti kekejaman PKI tersebut. Dua pihak yang terus dijadikan musuh PKI. Yaitu, TNI dan Islam. Dua pihak inilah yang paling banyak mengalami kekejaman dan kebrutalan PKI.
Ideologi komunis yang berkiblat pada Sovyet dan Cina ini dinilai tidak pernah mati sepanjang zaman. Meskipun, secara organisasi PKI sudah dinyatakan terlarang. Sejumlah pakar pun menilai, gerakan PKI memilih cara bawah tanah atau tersembunyi. Tidak terlihat, tapi bisa dirasakan.
Di masa Orde Lama, sejak tahun 50-an, PKI mendapat tempat terhormat. Pada pemilu tahun 1955, PKI bahkan masuk lima besar partai pemenang pemilu, di bawah Partai Masyumi, PNI, dan Partai Nahdlatul Ulama.
Sejarah mencatat, Wakil Presiden Muhammad Hatta akhirnya mundur sebagai protes atas sikap Presiden Soekarno memperlakukan PKI seperti itu. Huru-hara pun berlanjut. Partai Masyumi walau sebagai pemenang pemilu dibubarkan pemerintah. Hal itu diduga kuat karena Masyumi menolak keberadaan PKI di jajaran pemerintahan.
Muncullah berikutnya yang disebut sebagai kebijakan pemerintah bernama Nasakom. Nasakom adalah kependekan dari aliansi Nasionalis (PNI), Agama (PNU), dan Komunis (PKI). Puncak dari aliansi ini, PKI melancarkan kudeta 30 September 1965 dengan membunuh perwira tinggi angkatan darat serta membentuk dewan revolusi yang mendemisionarkan kabinet saat itu.
Di zaman Orde Baru, PKI diperingati tiap tahun sebagai musuh negara dan bangsa Indonesia melalui tayangan film. Sejumlah jaringan organisasi dan individu yang diduga terkait PKI pun ditangkap dan diawasi. Meskipun, sejumlah pihak memprediksi ada jutaan anak-anak PKI yang masih eksis dan terus melakukan gerakan bawah tanah.
Orde Reformasi pun datang. Semangat utama orde ini adalah kebebasan dan demokrasi. Sayangnya, semangat yang sebenarnya baik inilah justru dimanfaatkan sejumlah pihak untuk melupakan sejarah kelam PKI.
Sejak itu, generasi muda tidak lagi paham bahwa ada bahaya laten di bangsa ini yang teramat dendam terhadap TNI dan umat Islam. Karena dua kekuatan itulah, PKI merasa terhalangi untuk berkuasa di republik ini.
Yang dicatat dalam sejarah, PKI memang tidak pernah mati, setidaknya sejak pemberontakan dan dewan revolusi yang mereka lakukan pada 1926, 1948, dan 1965. Karakter PKI adalah menghalalkan segala cara, anti agama, dan selalu melancarkan aksi revolusioner atau tidak mematuhi aturan konstitusi yang berlaku.
Rentang waktu sejak 1965 hingga tahun ini, merupakan rentang waktu yang tidak pendek. Atau, 55 tahun sudah PKI hidup dalam ketersembunyian. Jika meneropong dari sejarah karakter gerakan mereka yang begitu gigih, kekuatan generasi baru PKI boleh jadi sudah sangat kuat untuk saat ini.
Tidak heran jika mantan panglima TNI, Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo tiba-tiba tampil untuk mengingatkan bangsa ini tentang bahaya laten PKI.
Pengingatan itu mungkin saja tidak luput dari sisi politik. Namun, tetap saja, PKI jangan pernah dianggap hilang apalagi terlupakan begitu saja. Pengingatan dari hikmah sejarah dimaksudkan agar bangsa ini tidak lagi keceblos untuk kesekian kalinya di lubang yang sama. Dan korbannya, lagi-lagi umat Islam. (Mh)