JIS atau Jakarta Internasional Stadium menyampaikan pesan tersendiri di shalat Idul Fitri Senin lalu. Bahwa, keragaman itu keberkahan.
Pemprov DKI Jakarta sukses menyelenggarakan shalat Idul Fitri di JIS atau stadion internasional Jakarta. Puluhan ribu warga antusias hadir di tempat yang baru diresmikan itu.
Selain Gubernur DKI, Anies Baswedan, sejumlah tokoh tampak hadir. Antara lain, ketua MUI KH Khalil Nafis dan Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan.
Dalam sambutannya, Anies menyampaikan bahwa keragaman Indonesia itu diibaratkan seperti aneka bumbu dalam sebuah masakan yang lezat.
Orang tidak bisa menikmati kelezatan masakan hanya dari satu bumbu yang terpisah dari yang lain. Tapi, kelezatan itu baru bisa diperoleh dari percampuran begitu banyak bumbu yang membentuk cita rasa tersendiri.
Begitulah Indonesia dengan segala keragamannya. Meskipun dalam aneka perbedaan, jika menyatu dalam sebuah kebersamaan, maka akan hadir “kelezatan” tersendiri tentang Indonesia. Itulah keberkahan dari sebuah keragaman.
Pesan tersebut seperti ingin meluruskan kesan yang selama ini terjadi. Yaitu, kesan pembelahan yang mendukung secara penuh kelompok tertentu dan mengabaikan kelompok yang lain.
Lebih repot lagi jika yang diabaikan itu merupakan kelompok mayoritas anak negeri ini. Jadilah suasana pembelahan tersebut seolah Indonesia berada di ujung tanduk perpecahan.
Inilah hari raya di mana begitu banyak orang berbahagia. Bukan hanya umat Islam saja, melainkan juga umat non muslim. Hal ini karena hari raya Idul Fitri membawa berkah ekonomi buat semua anak bangsa.
Perbedaan dan keragaman itu sebuah niscaya. Tapi, tidak berarti hal tersebut patut menjadi hal yang sangat merugikan.
Indonesia sejak dahulu sudah memiliki keragaman. Dan mungkin sampai kapan pun akan terus memiliki keragaman.
Anies juga menyampaikan bahwa bukan sekadar aneka bumbu itu yang membentuk cita rasa. Tapi, juru masak yang mengolah aneka bumbu itu.
Lalu, siapakah juru masak yang dimaksud Anies yang mampu mengolah keragaman Indonesia? Ah, mungkin Anies sedang menyampaikan pesan bahwa juru masak yang dinanti itu ada di depan mata kita. [Mh]