ChanelMuslim.com- Pekan ini publik dihebohkan dengan sebuah pernyataan dari seorang pejabat yang levelnya begitu tinggi di bidang pembinaan ideologi Pancasila. Musuh terbesar Pancasila adalah agama?
Dikutip dari cnn.com edisi Kamis (13/2), Kepala BPIP Yudian Wahyudi kepada tim Blak-blakan detikcom, mengatakan ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," kata Yudian.
Setelah pernyataan yang menghebohkan ini, pejabat yang baru sepekan dilantik Presiden itu pun menghilang seperti ditelan bumi. Nyaris tak satu pun media yang mampu menggali lebih dalam tentang maksud pernyataannya itu.
Ada dua kata kunci yang disebut dalam pernyataan heboh itu. Yaitu, agama dan Pancasila. Sejak pendiri bangsa ini bersepakat dasar negara yaitu Pancasila, hampir tak ada satu pun tokoh bangsa yang mempersoalkan hubungan agama dan Pancasila, atau sebaliknya: Pancasila dan agama.
Pasca keruntuhan Orde Baru dan masuknya era reformasi, kedewasaan bangsa ini kian matang memposisikan dua kata kunci itu. Agama menjadi ruh bangsa ini sebagai jati diri yang tak terpisahkan dengan bangsa Indonesia. Dan Pancasila, menjadi perekat bangsa dalam kebhinekaan itu.
Jadi, memisahkan agama dari Pancasila tak ubahnya seperti memisahkan pepohonan dari kebun. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Apalagi jika mengkonfrontasikan antara agama dengan Pancasila. Sebuah pemikiran yang bukan sekadar aneh, tapi juga sangat berbahaya.
Pancasila tetaplah Pancasila sebagai dasar hukum bernegara, sekaligus sebagai tali pengikat keragamaan bangsa. Tidak mungkin menggantikan Pancasila sebagai agama. Atau, meredusir peran-peran agama di masyarakat dengan atas nama Pancasila.
Agama telah mengakar dalam hati bangsa ini jauh sebelum negara ini ada. Dan tak ada agama yang mengajarkan kerusakan dan kekacauan bangsa. Memusuhi agama atas nama Pancasila, itu sama dengan menihilkan keberadaan bangsa itu sendiri.
Bangsa Indonesia sudah sangat dewasa dalam memposisikan perbedaan agama. Dinamika dan semangat kerja untuk maju dari bangsa yang beragama ini tidak akan pernah keluar dari koridor dasar negara Pancasila.
Jadi, jangan terlalu jauh mengatur dan mengajarkan bangsa yang beragama ini dengan tafsiran-tafsiran baru kalian tentang Pancasila. Yang bermasalah itu bukan rakyat yang beragama ini, tapi kalian yang menjadi elit bangsa.
Segala perilaku yang tidak Pancasilais, seperti mencuri uang negara, menjual aset bangsa untuk kepentingan pribadi dan kelompok, menumpuk utang negara, menghambur-hamburkan uang negara untuk kroni dan teman sejawat, memanipulasi hukum untuk melegalkan penyimpangan; semua tidak pernah dilakukan rakyat Indonesia yang agamis ini.
Yang dibutuhkan rakyat bukanlah dongeng-dongeng tentang perseteruan agama dan Pancasila. Tapi, kecerdasan para pemimpin negara ini untuk memajukan ekonomi bangsa. Buktikan, dan jangan cuma permainan wacana. (Mh)