OPERASI Yustisi pernah ngetop beberapa tahun silam di DKI Jakarta. Operasi tersebut bertujuan mendata warga-warga pendatang baru ke DKI pasca Lebaran.
Entah apa ada tujuan lain selain dari sekadar mendata. Rasanya, para pendatang baru merasa bahwa mereka tidak hanya sedang didata. Tapi seperti diteror oleh pemerintah setempat di DKI Jakarta.
Kebijakan ini, menurut Anies Baswedan, sudah diberhentikan sejak tahun 2018. Alasannya tidak sesimpel yang dipikirkan.
Yaitu, DKI Jakarta itu bukan republik tersendiri. Ia bagian dari NKRI. Di mana pun di wilayah NKRI, rakyat Indonesia berhak mencari penghidupan, pekerjaan yang layak, dan berjuang menyongsong masa depan yang lebih cerah.
Rasanya tidak bijak jika para pendatang baru diperlakukan seperti itu, sementara sebagian besar warga DKI adalah juga pendatang.
Selain itu, Anies memberikan saran kepada para pemudik warga DKI Jakarta. Selama perjalanan menuju kampung halaman atau sebaliknya, kembali lagi ke Jakarta, diisi dengan muatan kisah ayah ibu mereka datang ke Jakarta.
Antara lain, bagaimana sisi perjuangan yang telah mereka lakukan pada awal-awal tiba di Jakarta. Apa saja hikmah yang bisa dipetik dari kisah perjuangan itu.
Sehingga perjalanan mudik keluarga itu memberikan nilai edukasi buat anak-anak mereka. Sekaligus memberikan motivasi bahwa perjuangan harus terus dilakukan dari generasi ke generasi.
Dengan begitu, mudik bukan sekadar perjalanan ritual tahunan ke kampung halaman. Tapi sebagai kilas balik sebuah perjalanan panjang yang menghubungkan Jakarta dengan kampung halaman mereka.
Jakarta, menurut sang gubernur, bukanlah untuk warga Jakarta saja. Tapi untuk semua rakyat Indonesia. [Mh]